SELAMAT PULANG ABUYA!


Duhai ALLAH...
aku cuba untuk berhenti merintih dan menghiba
dalam bersimpuh kasih pada-Mu
belum reda jiwa yang sering mendesah ini
terutus lagi suratan yang sangat mengugah
seorang lagi hamba-Mu dijemput keharibaan-Mu....

Duhai ALLAH.....
dia tetap guruku walau apa tanggapan yang hinggap padanya,
bukan sedikit limpahan ilmu dan mindanya kutadah,
jadi pelita dalam hati nan kelam; melihat zulmat sendiri.
insan soleh berhikmah yang akhlaknya indah paripurna...

Duhai ALLAH....
entah apa lagi ujian batin yang bakal aku lewati nanti
satu demi satu , mereka yang bererti bagiku pulang pada-Mu...
mungkinkah ini petanda buatku ?

Duhai ALLAH...
puas aku bertahan untuk tidak menangis lagi
untuk tidak menukil gejolak hati yang persis enggan redha
sehari mampu aku bertahan.... meski aku di hadapan jasadnya
tapi hari ini aku gagal... air mataku menderas laju, hatiku lemas
saat ku tatap kembali gambar terakhir - nafasnya terhenti
dia murabbiku senyum pulas mengadap Kekasih kerinduannya...
senyuman terakhir seorang pejuang buat kita semua yang mengenalinya.
Selamat pulang Abuya! Selamat kembali, hai jiwa nan tenang!
al-Fatihah!


DI BAWAH LANGIT CINTA....RABBANI!


Abang…

dikau pernah bertanya dalam santai kita berbicara,

“berapa lama lagi agak anta, Rabbani terus diterima, didengari?”

spontan aku menyahut,

cuba mereda dalam dadamu yang tak kutahu apa yang bermain..,

“selagi anta ada…”

“kalau ana takder ?!”

aku tergamam, tapi bibirmu menguntum senyum memandangku

dikau lanjutkan katamu…

“itu yang ana tak mau.

Ana tak nampak selain ________ dan ________

boleh berdiri sendiri kalau sampai masanya nanti.

Ana nak dorang bersedia hadapi hari tu….

Ana tak mau dorang berasa bergantung sangat kat ana

Ana tahu dorang tu boleh buat tapi dorang sengaja jer tak nak.

Dorang tu adik-adik ana, tapi tak ikut macam abangnya ”

sempat dikau bergurau di hujung bait lirihmu.


Aku hanya bisa mendengar luah gundahmu meski dikau alas dengan canda,

Betapa mereka (Rabbani); ada dalam hatimu setiap ketika

Bukan rahsia sifatmu mendahulukan kepentingan Rabbani

dari urusan peribadimu

dan saat ini aku tahu adik-adikmu itu sangat merinduimu…!


Betapa tidak, bang….

Berpuluhan tahun mereka membesar bersamamu,

Mendadai setiap badai yang menerpa,

Menampung penuh syukur, nikmat kurniaan yang mendatang….

12 tahun di bawah langit cinta bernama Rabbani

dikaulah pemimpin, ayah, sahabat, teman dan adakalanya dikau bagai ibu

tempat tiap anak tenang merebahkan resah….

Kini dikau tiada lagi…bang.

Dikau tinggalkan mereka saat 13 tiang seri Rabbani mahu berdiri…

Dikau pasti melihatnya nanti….

sayupnya hati kami dan sayunya indera kami…


Abang….

Maaf, aku masih tak bisa meneruskan lagi…..


bersambung....