CINTA & AKU

Cintaku terlalu berharga… tiada sebanding dengannya
Cintaku hanya untuk yang pandai menghargai seadanya

Cintaku ini teratas … tinggi sekali tempatnya
Cintaku ini buat yang mengerti meninggikan darjatnya

Kiranya tak bisa diterima cintaku itu, lepaskan sejujur-jujurnya
Kerna cinta punya maruah bagi  yang jujur menerima

Kiranya cintaku itu enggan disanjungi, usah dicela-nistakannya
Kerna ada yang lebih berhak menerima

Kiranya kerna cintaku itu membebankan, beri kata putusnya
Kerna cinta ringan di hati ikhlas menerima

Kiranya cintaku itu tidak diizin bermukim, jarakkan kejauhannya
Kerna pasti ada yang mahu menyambut menerima….

~ABBAN LO'BAW~

MUNGKINKAH KITA SANG MUNAFIK ITU?


Mudah-mudahan ALLAH yang Maha Mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya, menolong kita agar dapat mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki, memberitahu jalan yang harus ditempuh, dan memberikan kurnia semangat terus-menerus sehingga kita tidak dikalahkan oleh kemalasan, tidak dikalahkan oleh kebosanan, dan tidak dikalahkan oleh hawa nafsu.

Dan mudah-mudahan pula warisan terbaik diri kita dapat diwariskan kepada keluarga, keturunan, dan lingkungan adalah keindahan akhlak kita. Kerana ternyata keislaman seseorang tidak diukur oleh luasnya ilmu. Keimanan seseorang tidak diukur oleh hebatnya pembicaraan. Kedudukan seseorang di sisi ALLAH tidak juga diukur oleh kekuatan ibadahnya semata. Tapi semua kemuliaan seorang yang paling benar Islamnya, yang paling baik imannya, yang paling dicintai oleh ALLAH, yang paling tinggi kedudukannya dalam pandangan ALLAH dan yang akan menemani Rasulullah ternyata sangat khas, iaitu orang yang paling mulia akhlaknya.

Walhasil sehebat apapun pengetahuan dan amal kita, sebanyak apapun harta kita, setinggi apapun kedudukan kita, jikalau akhlaknya rosak maka tidak bernilai. Kadangkala kita terpesona kepada topeng duniawi tapi segera sesudah tahu akhlaknya buruk, pesona pun akan pudar.

Yakinlah bahwa Rasulullah  diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini dinyatakan sendiri oleh beliau ketika menjawab pertanyaan seorang sahabatnya, "Mengapa engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?". Rasul menjawab, "Sesungguhnya aku diutus ke dunia hanyalah untuk menyempurnakan akhlak".

Sayangnya kalau kita mendengar kata akhlak seakan fokus pikiran kita hanya terbentuk pada senyuman dan keramahan. Padahal maksud akhlak yang sebenarnya jauh melampaui sekadar senyuman dan keramahan. Kerana pembentukan akhlak terkandung dalam perilaku sehari-hari, ini termasuklah bagaimana akhlak kita kepada ALLAH.

Akhlak kita kepada ALLAH harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlaknya kepada ALLAH, hatinya benar-benar putih seperti putihnya air susu yang tidak pernah tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya. Bersih keyakinannya, tidak ada sekutu lain selain ALLAH. Tidak ada satu titik pun di hatinya meyakini kekuatan di alam semesta ini selain kekuatan ALLAH sehingga ia sangat jauh dari sifat munafik.

Bagaimanakah sifat orang munafik itu? Berikut ini dikutip tulisan dari Imam Al Ghazali yang menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom, seorang ulama yang soleh ketika mengupas perbezaan antara orang mukmim dengan orang munafik:

"Seorang mukmin senantiasa disibukan dengan bertafakur, merenung, mengambil pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang munafik disibukkan dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini.

Seorang mukmin berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada ALLAH, sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada ALLAH.
Seorang mukmin merasa aman, tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada ALLAH karena dia yakin bahwa apapun yang mengancam dia ada dalam genggaman ALLAH, di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada ALLAH, naudzhubilah, yang tidak dia takuti malah ALLAH SWT.

Seorang mukmin menawarkan hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara seorang munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan hartanya.

Seorang mukmin menangis karena malunya kepada ALLAH meskipun dia berbuat kebajikan, sementara seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat keburukan.

Seorang mukmin senang berkhalwat dengan menyendiri bermunajat kepada ALLAH, sementara seorang munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada ALLAH.

Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merosak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan kesuburan.

Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merosak, naudzhubillah".

Daripada kenyataan jelas terlihat kapada kita demikian jauh beza akhlak antara seorang mukmin dengan seorang munafik. Justeru kita harus benar-benar berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik seperti diuraikan di atas. Kita harus benar-benar mencegah diri kita untuk meyakini adanya penguasa yang menandingi kebesaran dan keagungan ALLAH. Kita harus yakin siapa pun yang punya jabatan di dunia ini hanyalah sekedar makhluk yang hidup sebentar dan bakal mati, seperti halnya kita juga. Jangan tertipu dan terpesona dengan kedudukan, pangkat, dan jabatan, sebab itu cuma tempelan sebentar saja, yang kalau tidak hati-hati justeru itulah yang akan menghinakan dirinya.

Sayangnya kalau kita semak di media massa sekarang, sepertinya ada sesuatu yang menyedihkan di mana cara menyampaikan pendapat, kritik, dan saran dilakukan dengan akhlak yang kurang terpuji, kotor, kasar, dan nista. Saling memukul, saling menjatuhkan, saling mencemarkan, dan saling menghebahkan aib. Apa yang dicari? asal tahu saja bahwa kuasa yang disandang itu tidak akan lama, hanya beberapa tahun saja dan kalau tidak hati-hati justeru aibnya tetap melekat lama. Harusnya kita anggap semuanya biasa-biasa saja, anggap sebagai hiburan yang kalau tidak hati-hati, pangkat dan jabatan itulah yang akan mencemarkan, menjatuhkan, dan menghinakan kedudukan dunia dan akhirat kita.

Oleh itu, jangan mudah teruja melihat orang punya kedudukan, sebab itu cuma tempelan ringan yang berat tanggungjawabnya. Jangan pula mendatangi orang yang dianggap memiliki kekuatan dahsyat sehingga kita merasa aman. Para dukun,  tukang sihir, atau paranormal, mereka sama saja dengan kita iaitu makhluk yang pasti binasa. Mereka hanya orang lapar yang mencari makan dengan menjadi dukun atau yang sejenisnya. Seharusnya kalau mereka hebat, tidak usah mencari nafkah dengan seperti itu. Pernah suatu ketika ada seseorang yang mengaku ahli pengubatan yang ternyata hanya menjual kata-kata, pengubatan yang dia maksudkan ternyata berasal dari ubat yang dia beli di farmasi dan dijual kembali dengan harga berpuluh dan beratus kali lipat dari harga aslinya.

Mereka hanya sekadar makhluk yang hidup sebentar dan lama-lama akan binasa. Bagi kita hidup di dunia hanya mampir sebentar, sehingga yang paling patut harus kita lakukan adalah mempersiapkan bekal untuk kepulangan kita nanti. Oleh itu ketika kita memandang manusia adalah hal yang biasa-biasa saja. Hanya ALLAH-lah segala-galanya, Dia penguasa tunggal, Dia Pemilik, Penggenggam, Penentu satu-satunya tiada yang lain selain ALLAH Azza wa Jalla.

Bulatkan dan bersihkan hati kita hanya kepada ALLAH dengan dibuktikan oleh kesungguhan ibadah dan amal kita. Sehingga tidak usah menyimpan keris sekecil apapun di rumah kita hanya untuk menjadi penolak bala. ALLAH yang Maha Agung dan Mahakuasa dapat menolong kita tanpa harus kita menyimpan azimat. Tidak usah pakai susuk, untuk apa? Susuk itu katanya nama sejenis keluarga jin, iaitu Shuk-shuk. Tidak usah pula memelihara toyol untuk mendatangkan rezeki. ALLAH Maha kaya untuk menjamin makhluk-makhluknya sekalipun tanpa bantuan makhluk jin atau yang sejenisnya. Insya ALLAH orang yang bersih keyakinannya tiada yang akan dituju selain ALLAH.

Nah, Sahabat. Tiadalah yang dituju selain ALLAH, tiadalah yang diharap selain harap dari ALLAH, tiadalah yang ditakuti selain hanya ALLAH, tiadalah yang dimaksud selain ALLAH, tiadalah yang bulat mencuri hati selain ALLAH. Orang yang bersih tauhidnya, itulah yang benar akhlaknya, insya ALLAH. Sebab baik amalnya, ramah, dan dermawan orangnya tetapi dia termasuk orang yang menyekutukan ALLAH, maka dia tidak termasuk orang yang berakhak mulia.#

SEKUDUS PENGHARAPAN


Ibn Al-Qayyim mengatakan: 
“Sesungguhnya dalam hati ada robekan yang tidak dapat dijahit kecuali dengan menghadap sepenuhnya kepada Allah s.w.t. Dalamnya juga ada keterasingan yang tidak mampu diubati kecuali dengan menyendiri bersama Allah s.w.t.” 

Dalam hati ada kesedihan yang tidak akan mampu diseka kecuali oleh kebahagiaan yang tumbuh kerana mengenal Allah s.w.t dan ketulusan berinteraksi dengan-Nya. Dalam hati juga ada kegelisahan yang tidak mampu ditenangkan kecuali dengan berhimpun kerana Allah s.w.t. Ada juga gejolak api yang tidak mampu terpadam kecuali oleh keredhaan akan perintah, larangan dan keputusan Allah s.w.t yang diiringi dengan ketabahan dan kesabaran sampai tiba saat perjumpaan dengan-Nya.

Dalam hati juga ada tuntutan kuat yang tidak akan berhenti sebelum Allah s.w.t menjadi satu-satunya tujuan. 

Dalamnya pun ada kemahuan yang tidak terpenuhi kecuali oleh cinta kepada Allah s.w.t, mengingati-Nya terus-menerus dan keikhlasan penuh kepada-Nya. Bahkan jika hati ini diberi dunia dan segala isinya, keinginan tersebut tetap tidak akan dipenuhi (tanpa menghadap sepenuhnya kepada Allah s.w.t). 

Oleh yang demikian, doa termasuk ibadah paling indah. Dengannya hati akan menghadap Rabbnya demi menampal robekan, menghilangkan keterasingan, kesedihan dan kerugian. 

Mari, siapkan diri dan hati kita kerana saat ini kita akan menghadap Allah s.w.t. Mari perbaharui niat kita dan memohon kepada Allah s.w.t supaya kita termasuk orang-orang yang mendengar nasihat dan pesanan-pesanan yang baik. Ketahuilah, doa tersebut pasti akan dikabulkan. Kita akan melihat hal itu. 

Agar Kedua Tangan Tetap Mengemis Pada-Nya 

Mari kita semak beberapa pertanyaan berikut yang harus dijawab agar pemahaman kita terhadap doa menjadi lebih jelas: 

1.Adakah kita memiliki masalah?

2. Adakah hidup kita teratur dengan sempurna?

3.Adakah kita memiliki cita-cita yang ingin dicapai?



4. Adakah kita selamanya santai sepanjang hidupnya?






5. Adakah kita memiliki harapan-harapan besar yang sulit 
   
  
    diraih?




6. Adakah kita merasa tenang kerana yakin dosa-dosa kita
    tidak akan membuatkan kita masuk neraka?



7. Adakah kita sama sekali tidak memerlukan Allah s.w.t?



8. Adakah kita punya satu obsesi yang mahu digapai?



Kita semua memiliki banyak tuntutan. Baik harta, isteri, pekerjaan, anak-anak dan 


sebagainya. Kita juga selalu mengharap keredhaan, petunjuk dan kurnia Allah s.w.t malah 


mempunyai pelbagai persoalan yang ingin diselesaikan. 



Seolah-olah masalah-masalah dan persoalan-persoalan tersebut dibahagi rata agar kita 


kembali kepada-Nya. 



Seolah-olah segala keinginan dan cita-cita kita ditunda supaya kita sentiasa menadah 


kepada-Nya. 



Seolah-olah ampunan Allah s.w.t tidak dapat diketahui, apakah telah diberikan atau belum 


supaya kedua-dua tangan kita sentiasa rajin menadah ke langit.



Kita cukup berbangga boleh menadahkan tangan, mengarahkan pandangan dan 


menggerakkan kedua-dua bibir kita kepada Rabb, seru sekalian alam. Pada saat itu, 


berbahagialah kerana hati kita telah bergantung kepada selain daripada diri sendiri.

Ibadah doa memiliki posisi istimewa dalam hati. 

Ya Allah, dengan wasilah (perantaraan) bahawa Engkau adalah Pemilik segala puji. Tiada yang 


disembah selain Engkau. Engkaulah Maha Pemberi, Maha Pencipta langit dan bumi, Pemilik 


Keagungan dan Kemuliaan. Wahai yang Maha Hidup dan Maha Tegak, hamba memohon agar


 Engkau kabulkan doa kami dan Engkau jadikanlah lidah kami sentiasa gemar melantunkannya dan


 hati kami pun sentiasa bergantung kepadanya!



Tujuan ibadah doa ini adalah agar tangan kita selalu menadah ke atas memohon kepada 


Allah s.w.t dan agar kita memiliki keyakinan kuat bahawa Allah s.w.t akan mengabulkan 


permintaan kita bila kita berdoa kepada-Nya. Apa lagi yang membuatkan kita tidak berdoa 


kepada-Nya? Masuk akalkah seseorang yang sedang tenggelam? Masuk akalkah seseorang 


yang sedang memerlukan, meminta pertolongan dari orang yang juga menginginkan? 



Saudara, marilah kita membuka pintu doa kita.

Wahai manusia, kalianlah yang memerlukan Allah s.w.t dan Allah s.w.t, Dialah Yang 


Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” 


(Surah Fathir : 15)



Allah Maha Besar! Alangkah dalam pengertian ayat ini! Kita semua memerlukan Allah! Kita 


semua adalah hamba-hamba yang fakir, penguasa kita fakir dan rakyat jelata kita pun fakir. 


Orang kaya kita adalah fakir dan orang miskin kita juga fakir. Namun Allah s.w.t yang Maha 


Kaya (Al-Ghaniy Al-Hamid). Kata-kata 'Al-Ghaniy' ini disebutkan di dalam bentuk ma’rifah 


agar kita tahu bahawa kekayaan ini adalah kekayaan yang mutlak dan pasti. 



Wahai sang fakir, kepada siapakah engkau akan kembali?

“Katakanlah, 'Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Kau berikan kerajaan kepada 


mereka yang Kau kehendaki dan cabutkan kerajaan dari orang yang Kau kehendaki. 


Kau muliakan mereka yang Kau kehendaki dan Kau hinakan orang yang Kau 


kehendaki. Di yadd (kekuasaan) Kau-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Kau Maha 


Kuasa atas segala sesuatu.'”


(Surah Ali Imran : 26)

“Kita semua adalah fakir miskin yang memerlukan Allah s.w.t.” 

Masuk akalkah seorang fakir miskin meminta sesuatu kepada sesama fakir miskin? Masuk akalkah seorang fakir miskin mengharap bantuan juga dari sesama fakir miskin?!  


* Petikan dari kandungan buku "MENJEMPUT ROH IBADAH" yang akan 






berada di pasaran tidak lama lagi. Dari penulis SILAKAN TERPESONA 






Edaran Hijjaz Publishing (2011).

HATI MEREKA GEMENTAR KHUATIR....

Al-'Arifbillah Hatim Al-Isham pernah ditanya
tentang solatnya. Dia menjawab, "Apabila waktu solat tiba, aku
berwudhu' dengan sempurna dan menghampiri tempat aku akan
mengerjakan solat. Aku pun duduk di sana hingga seluruh tubuhku
tertumpu. Kemudian aku pun bersolat dengan menjadikan Kaabah
seolah-olah di hadapanku, ash-shirath di bawah kakiku, syurga di
kananku, neraka di kiriku dan malaikat maut tepat di belakangku.

Aku menganggap solat ini sebagai solat terakhirku. Kemudian
aku mengerjakannya dalam nuansa antara raja' (harap) dan khauf
(cemas). Aku bertakbir sepenuh mungkin dan membaca lantunan
ayat Al-Quran dengan tartil (teratur dan tertib), kemudian aku
ruku' dengan tawadhu' dan bersujud dengan penuh khusyuk.

Selanjutnya aku duduk di atas kaki kiri dengan menjulurkan
telapaknya dan menegakkan telapak kaki kanan di atas ibu jari.
Aku pun mengakhiri solat tersebut dengan rasa ikhlas. Tetapi
aku tidak tahu apakah solat itu diterima atau tidak."

Mari kita baca setiap kalimat Imam Al-Hatim ini satu-persatu. Kemudian kita sama-sama berusaha segera mengerjakan solat seperti itu.

Setiap kali selepas berwudhuk, Sayyidina Ali bin Abi Thalib
k.r.w. akan gementar. Ketika ditanya mengenainya, beliau
menjawab,“Sekarang aku sedang memikul amanah yang pernah diberikan kepada langit dan bumi serta gunung tapi mereka semua menolaknya. Namun, aku kemudian maju dan bersedia menerima amanah tersebut.”

Begitu juga dengan Sayyidina Al-Hasan, putera Sayyidina Ali.
Selepas berwudhu’ biasanya beliau akan gementar, ketakutan,
menghiba dan air mukanya berubah. Ketika ditanya, beliau
menjawab, “Tahukah kalian, di hadapan siapa aku berdiri?”
Sungguh, tidak salah jika seorang anak menyerupai ayahnya!
Demikianlah peribadi agung persis datuknya, Rasulullah s.a.w.

INIKAH TAMSILAN DIRI KITA....?

ALLAH SWT dalam kitab-Nya Al Quran banyak
menggunakan perumpamaan atau perbandingan bagi
memudahkan kita memahami tentang sesuatu ilmu atau
suatu perkara yang hendak diajar-Nya pada kita. Sebab
dengan membandingkan atau mengumpamakan apa yang
baru atau asing bagi kita dengan sesuatu yang telah jadi
pengalamanharianitu,akanmemudahkanlagikitanampak
apa yang dimaksudkan. Contohnya bila Allah berkata:

Perumpamaan, orang-orang yang
mengambil perlindungan selain dari Allah adalah seperti
labah-labah yang membuat rumah. Dan sesungguhnya
rumah yang paling lemah ialah rumah labah-labah, kalau
mereka mengetahui.
(Al Ankabut : 41)

Maka segeralah tergambar oleh kita bahawa orang yang
tidak bergantung pada Allah, tapi menaruh harapan pada
selain-Nya, samalah seperti labah-labah yang berganhmg
pada rumahnya. Rumah itu bukan saja tidak boleh
menyelamatkan bahkan merbahaya baginya. Begitulah
manusia yang menyandar hidup pada selain Allah. Ertinya
meletak diri pada keadaan yang bahaya. Dengan perumpamaan
itu orang segera nampak apa yang Dia
maksudkan sebenarnya.

Banyak lagi tamsil ibarat yang Allah pilih untuk
dikekalkan dalam kitab-Nya yang mulia. Yang semuanya
sungguh tepat dan penuh makna, berguna untuk menyedar
dan mengingatkan manusia. Jadi nyatalah bahawa salah
satu kaedah pembelajaran dan pendidikan yang baik ialah
dengan membanyakkan perumpamaan-perumpamaan dan
perbandingan-perbandingan (tamsil) ketika menerangkan
sesuatu konsep ilmu pengetahuan. Lebih-lebih lagi ilmu
itu baru dan asing dari kehidupan, maka lebii utamalah
kalau didatangkan satu hal yang biasa berlaku untuk dijadikan
perbandingan yang tepat dan bennakna. Tapi ini
bukanmudah, iamemerlukan daya fikirdan daya imiginasi
yang pintar dan cepat. Kalau tidak, maka susah jugalah
seseorang untuk melakukannya.

Di sini saya cuba untuk memberi beberapa misalan
tentang apa yang saya maksudkan di samping cuba memahamkan
anda sesuatu yang mungkin asing bagi anda.


A. Bandingan orang yang mencampur-adukkan perintah Allah dengan larangan-Nya.

Bandingan seseorang yang mencampur-adukkan
perintah Allah dengan larangan-Nya ialah seperti seorang
pesakit yang makan ubat tapi makan juga pantang-larangnya.
Al hasil sakit tidak juga baik.

Ertinya orang yang melaksanakan perintah-perintah
Allah seperti sembahyang, puasa, zakat, haji, berkorban,
berjuang dan lain-lain. Kemudian dibuat juga larangan
Allah seperti makan riba atau membantu sistem riba, judi,
bergaul bebas tanpa batas lelaki perempuan, dedah aurat,
mengata, hasad dengki, riak, ujub, bakhil, tamak, pemarah,
ingin pangkat, mendirikan sistem pendidikan sekular dan
lain-lain lagi, maka dia sebenamya tidak akan mendapat
apa-apa di akhirat nanti. Samalah keadaarmya dengan
seorang yang sedang terlantar kerana sakit kencing manis
misalnya.

Bila doktor bagi ubat, diamakan tanpamenolak satupun.
Kemudian datang tukang bawa makanan, diarnbilnya
makanan-makanan yang dilarang makan oleh doktor.
Teringin, katanya. Apakahhasilnya? Kalaupatut diadirawat
cuma dua bulan di hospital, mungkin akan jadi lima bulan.
Mungkin juga dia akan menderita sakit selama-lamanya.
Tidak mungkin berlaku ubat yang disertai oleh pantanglarangnya
itu dapat membawa kebaikan atau kesihatan
pada orang itu. Janganlah dibandingkan perkara ini dengan
berkata, “Minyak dan air tidak mungkin bercampur.”

Itu bandingan yang tidak tepat. Sebab nilai kebaikan
dan kejahatan tidak boleh disamakan dengan minyak dan
air sebab kebaikan dan kejahatan adalah dua perkara yang
bertentangan sedangkan minyak dan air sama-sama membawa
kebaikan pada manusia. Seorang yang ada air dan
ada minyak adalah orang yang memiliki bahan-bahan
yang berguna tetapi seseorang yang baik, tapi buat juga
jahat boleh membuatkan orang tidak percaya padanya. 
Ya,satu segi dia banyak kawan, orang baik pun kawan dia.
orang jahat pun terima dia, tapi hakikatnya dia akan keseorangan.
Orang baik pun tidak ambil dia masuk group
mereka, sebab dia tidak baik betul. Dan orang jahat pun
tidak ajak ‘joint’ dengan mereka, sebab dia tidaklah jahat
betul. Jadi, akhimya keseoranganlah dia di atas pagar. Bila ,
orang jahat dan orang baik bertembung untuk mempertahankan
cita-cita perjuangan mereka, maka si dia di atas
pagar perhati saja, mana kuat dan nampak-nampak hendak
menang dia akan lompat ke sana.

Orang begini adalah golongan hipokrit atau munafik
yang tempatnya ialah di dasar neraka. Jadi janganlah lagi
kita bangga kerana dapat buat baikdan buat jahat sekali (all
rounder). Tetapi buatlah kebaikan kerana Allah, dan
tinggalkanlah kejahatan kerana Allah. Dan janganlah mencari
kepentingan-kepentingan lain di sebalik tindak-tanduk kita.

BERSAMBUNG....