Dari Ibnu Abbas RadhiyALLAHu anhuma, ia berkata, ketika Nabi ShallALLAHu ‘ Alaihi wa Sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia berkata, “ Sesungguhnya engkau akan datang kepada kaum ahlul kitab. Pertama kali yang harus engkau serukan kepada mereka adalah kesaksian bahawa tidak ada ilah selain ALLAH and bahawa aku adalah utusan ALLAH. Bila mereka menaatimu untuk bersaksi maka katakan kepada mereka bahawa ALLAH telah mewajibkan kepada mereka solat lima waktu dalam sehari semalam. Bila mereka menaatimu maka katakan kepada mereka bahawa ALLAH telah mewajibkan kepada mereka sedeqah yang diambilkan dari orang-orang yang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada yang fakir di antara mereka. Awas jauhilah olehmu harta yang paling mahal dan paling pilihan milik mereka , dan jauhilah doa orang yang teraniaya kerana antara doa itu dan ALLAH tidak terdapat penutup.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Abu Daud dan An Nasai. Dan jamaah sepakat untuk mentakhrij hadits ini dari berbagai jalan namun lafaz yang mereka kemukakan berbeda.
Yang meriwayakan hadits ini adalah pemuka ulama dan pemimpin mereka menuju surga.
Secara jujur hadits ini merupakan riwayat aqran atau riwayat dari sahabat yang satu ke sahabat yang lain. Untuk tema ini ada pembahasannya secara tersendiri.
Hadits ini juga diriwayatkan dari satu orang’alim ke ‘alim yang lain. Ibnu Abbas RadhiyyALLAHu anhuma adalah seorang penerjemah Al Quran dan tokoh umat, yang meriwayatkan cerita tentang Mu’adz RadhiyALLAHu anhu.
Ada beberapa hal yang perlu didalami dari hadits ini:
Hal pertama, biografi Muadz RadhiyALLAHu anhu. Nama lengkapnya adalah Mu’adz bin Jabal Al Anshari, yang masuk Islam pada saat usianya baru tiga belas tahun. Ia mencintai agama ini dengan sepenuh hatinya. Ia sangat antusias dengan Islam.
Tubuhnya tinggi, besar, wajahnya maskulin, selalu menebar senyum, murah tertawa, hatinya baik, dan tangannya tidak pernah memegang suatu barang milik pun kerana sifat dermawannya.
Menurut Ka’b bin Malik ia adalah orang Anshar yang paling baik hati setelah Sa’d bin Ubadah. Tangannya tidak pernah memegang sesuatu untuk jadi miliknya, kecuali ia akan mendermakannya.
Meski fakir ia merupakan orang yang paling baik sampai-sampai ia rela menjual semua rumah dan harta miliknya untuk menjamu tamu. Ia selalu datang ke rumah dua atau tiga orang dan mengunjungi lapan orang yang merupakan tamu Rasulullah ShallALLAHu ‘ Alaihi wa Sallam. Akhirnya hutangnya menumpuk. Ketika tukang tagih hutang datang kepada Rasulullah dan mengadukan tentang Mu’adz. Mereka meminta Rasulullah untuk menagihkan hutang mereka. Ketika Rasulullah melihat naga-naga permasalahannya akan menjadi panjang dan bahawa harta orang-orang akan sia-sia, dan bahawa harta yang ditinggalkan Mu’adz tidak bisa menutup hutangnya maka Rasulullah menyita hartanya. Rasulullah mengumumkan kepada masyarakat bahawa harta Mu’adz telah tersita dan berada di bawah pengelolaan Rasulullah. Kemudian Rasulullah mengutusnya ke Yaman untuk sebuah tujuan yang insya’ALLAH akan dijelaskan kemudian.
Mu’adz lebih banyak meriwayatkan hadits-hadits yang berkaitan dengan akidah. Sebagaimana termaktub dalam Ash Shahihain di mana ia mengatakan, “ Aku pernah duduk di belakang Rasulullah di atas seekor keledai. Rasulullah ShallALLAHu ‘ Alaihi wa Sallam berkata kepadaku, ‘ Wahai Mu’adz , tahukah engkau apa hak ALLAH atas hamba?’ Jawabku, ‘ ALLAH dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’
‘ Hak ALLAH atas hamba adalah mereka harus beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.’ Kemudian ia berjalan dan sebentar kemudian ia bertanya lagi, ‘ Tahukah engkau, wahai Mu’adz, apa hak hamba atas ALLAH?’
Jawabku, ‘ ALLAH dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’
‘ Hak hamba atas ALLAH adalah bila mereka telah menjalankan itu semua maka ALLAH tidak boleh mengazab mereka’.”
Ia banyak meriwayatkan hadits-hadits yang berkisar tentang masalah aqidah dan ibadah. Rasulullah pernah mengangkatnya menjadi wakilnya untuk wilayah Mekah pada saat usianya baru dua puluh tahun. Kemudian mengutusnya ke Yaman untuk misi mulia dan tugas dari Rasulullah.
Menurut kalangan ahlul ilmi, Rasulullah mengutsunya kerana berdasarkan perintah ALLAH. Dalam banyak atsar tampak bahawa ALLAH menutunkan wahyu kepada Rasulullah untuk mengutus salah seorang dari sahabatnya ke Yaman. Ketika itu Rasulullah kebingungan siapa yang harus diutus. Maka turunlah Jibril seraya berkata, “ Sesungguhnya ALLAH membacakan salam kepadamu.” Jibril juga mengatakan, “ Utuslah Mu’adz bin Jabal.”
Di samping kedermawanan dan kebaikan hatinya di sisi lain ia juga memiliki perasaan yang cukup tajam. Itulah sebabnya Rasulullah pernah memanggilnya untuk lebih memperbaiki akhlaknya. Setelah menuruti nasihat Rasulullah ini maka ia menjelma menjadi lelaki yang selalu ceria dan selalu menebar senyum.
Adz Dzahabi mengatakan dengan isnad-isnad yang shahih bahawa ketika Rasulullah hendak mengutus Mu’adz ke Yaman beliau datang sendiri menemui Mu’adz untuk memberikan beberapa pesan. “ Semoga ALLAH menjagamu, wahai Mu’adz, dari depan dan dari belakangmu. Dan semoga ALLAH melepaskan syetan yang berbentuk manusia dan jin dari dirimu.”
“ Bila saja engkau, Mu’adz, tidak akan melihatku lagi setelah hari ini.” Serentak ia mendakap Rasulullah dan menangis.
“ Jangan menangis kerana tangisan itu merupakan bagian dari syetan.”
Rasulullah kemudian berpaling ke arahnya seraya berkata, “ Takutlah kepada ALLAH di mana saja engkau berada. Sertailah amal perbuatannya yang keji itu dengan amal kebaikan yang akan menghapusnya. Dan bersikaplah baik kepada orang.”
Mu’adz pun langsung pergi ke Yaman. Dan benar, sesampainya di Yamani a mendapati wilayah Yaman sangat tandus dan terletak di pesisir pantai. Ia diterima oleh masyarakat di sana. Ia datang dengan hanya berbekal busur dan tombak. Pada waktu itu ia masih sangat muda. Ia mengabarkan kepada mereka tentang misi Rasulullah yang harus ia sampaikan di wilayah Yaman.
BERSAMBUNG…..