ketahuilah, syaitan itu berupaya menghancurkan amal kita pada tiga bahagian, yakni sebelum, sedang, dan sesudah.
Sebelum beramal ditipu olehnya supaya kita mengurungkan niat untuk beramal. Ketika sedang beramal, ditipu olehnya supaya amal kita tidak sempurna. Ketika sudah beramal pun, ditipu olehnya supaya kita riya’ dan ujub, ingin amal itu dilihat dan dipuji orang.
Hendaknya kita amat waspada menghadapi tipuan-tipuan syaitan semacam ini. Kita harus menjaga sekuat-kuatnya ketiga moment amal tersebut. Dan kuncinya adalah sempurnakan ikhtiar baik saat berniat, saat melakukan, maupun saat amal itu selesai ditunaikan.
Manakala terdengar azan dikumandangkan dari masjid, waspadalah syaitan akan segera menasihati, “Tunggulah sebentar lagi sampai azan selesai.” Segera tepiskan bisikan itu dan pergilah ke masjid! Kerana, boleh jadi umur kita akan berakhir sebaik azan selesai. Kalau tidak segera solat, bahaya. Bimbang kita su'ul khatimah.
Ketika sampai di masjid, waspadalah syaitan akan kembali menasihati, “Duduknya dekat tiang saja supaya boleh bersandar kalau mengantuk.” tidak! Shaf pertama adalah shaf yang paling utama. Kejar dan sempurnakan ikhtiar kita!
Ketika usai mendirikan solat, waspadalah pula syaitan tak akan lelah untuk menasihati. Terjanglah godaan itu dengan cara menyempurnakan solat kita dengan wirid, zikir, doa, dan solat sunnah ba'diyah (kalau ada).
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (iaitu) orang-orang yang khusyuk dalam solatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada guna. (QS. Al Mu'minuun (23): 1-3)
Manakala melihat orang-orang lain bergegas keluar dari masjid sebaik selesai sahaja solat, hati-hati. Syaitan tak akan segan membisiki hati, dengan perasaan ujub dan takabur. Hati pun serta merta akan memberi tanggapan. “Lihat orang-orang itu benar-benar tergoda oleh syaitan. Mungkin, imannya lagi lemah.” Ini meremehkan orang lain. Hakikatnya kita yang terjebak oleh tipu daya syaitan.
Pendek kata, peliharalah agar kita tidak menjadi riya’, dan sombong dengan amal-amal kita. Caranya dengan menikmati ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amalan kita.
Tampaknya amalan-amalan yang demikianlah yang akan membuat Allah mengurniakan ilmu lanjutan, yakni ilmu yang sebelumnya tidak kita ketahui. Ini hikmah lain dari ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amal. Kerana, “Barangsiapa mengamalkan ilmu yang diketahuinya dengan sebaik-baiknya, nescaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang lain yang belum diketahuinya.”
Jadi, kalau kita ingin menjadi ahli ilmu yang luas, maka kuncinya adalah dengan berjuang menjadi ahli amal yang disempurnakan dan dijaga mutunya. Jangan tergiur oleh banyaknya amal, tetapi rindukanlah mampu menyempurnakan amal-amal kita.