saat mengenangmu MU'ADZ ibn JABAL....
ada yang berpaling selain-NYA
AGAMA ITU MENDEKATI...
DIA PANCARAN CAHAYA ILAHI
Sebagaimana matahari yang terbit, memancarkan sinar-sinarnya dan mengalirkan sumber cahaya yang disebut siang, Nabi S.A.W pun lahir dan mewujudkna sumber cahaya yang disebut agama di tengah-tengah manusia. Tiadalah siang kecuali kesadaran hidup yang mewujudkan karya-karyanya , dan tiadalah agama kecuali kesedaran diri yang merealisasikan keutamaan-keutamaannya.
Matahari diciptakan Allah S.W.T dengan membawa karakter bersinar dalam kerjanya mengubah materi , sedangkan Nabi S.A.W diutus Allah S.W.T dengan membawa karakter yang sama dalam kerjanya mengangkat dan meluhurkannya.
Sensasi sinar matahari merupakan kisah hidayah (petunjuk) bagi semesta raya dalam wicara cahaya, sementara sinar-sinar wahyu dalam diri Nabi S.A.W merupakan kisah hidayah ( petunjuk) bagi manusia semesta dalam cahaya wicara.
Agen Ilahiah yang agung berkerja dalam sistem diri dan bumi dengan dua perangkat yang hampir sama : Benda-benda bercahaya berupa matahari dan bintang-bintang, dan benda-benda berakal berupa para nabi dan rasul.
Nabi S.A.W bukanlah tokoh besar manusia yang sejarahnya dibaca dengan pemikiran yang disertai logika kemudian skeptisme, kemudian dikaji berdasarkan prinsip-prinsip karakter manusia pada ummnya. Akan tetapi, beliau adalah manusia bening yang dibaca dengan “teleskop” ketelitian yang disertai dengan ilmu dan iman, kemudian dikaji berdasarkan prinsip-prinsip karakteristik kebercahayanya yang khas.
Kehidupan memang yang membangun disiplin ilmu sejarah, namun dalam metodologi pengkajian sejarah para nabi sejarahlah yang membangun ilmu kehidupan. Sebab nabi adalah pancaran cahaya ilahiah pada umat manusia ( humanisme) yang membimbingnya ke dalam lintasan moralitasnya dan menariknya ke dalam kesempurnaan ( tatanan) yang merupakan copy hukum gravitasi dalam tata surya.
Nabi S.A.W datang dengan membawa hakikat Ilahian yang dikemas dengan retorika semi yang retorik ( al-fann al-bayani) agar lebih impresif, lebih mdah difahami dan lebih me-narik ( amazing), tak ada sedikitpun yang menyalahi estetika rasa ( alhiss). Dan ini merupakan metodologi (usluh) yang membuat manusia menjadi seni segenap manusia, sebagaimana balaghah yang menjadi seni bahasa secara keseluruhan. Nabi hadir sebagai sosok penerang di saat manusia terombang-ambing dalam kehidupan tanpa tahu ke mana mereka menuju dan bagaimana mereka melangkah. Jutaan manusia terombang-ambing kebingungan dalam lumpur ambisi yang mencentang-perentangkan mereka dan menghempaskan mereka, kemudian diciptakan seorang manusia untuk menjadi penjelas atas apa yang telah laud an apa yang tengah dan akan terjadi. Dengan kehadiran sang nabi, hakikat-hakikat keluhuran ( al-adab al-aliyah) yang menjadi kompas dan lintasan hidup manusia pun terpapar secara demonstratif dalam diri seorang manusia yang beraktivitas dan terlihat nyata laiknya khalayak manusia, sehingga menjadi lebih mengena daripada jika hakikat-hakikat tersebut dikemas dalam bentuk narasi kisah seorang penutur.
Kesaksian atas kenabian tidak lain merupakan bentuk kesaksian bahawa diri nabi lebih segala-galanya daripada diri kaumnya sebagai sebuah karakter tunggal yang hanya dimiliki oleh dirinya, seolah-olah beliau adalah “posisi diri” yang tepat yang sengaja dibangun untuk meluruskan kekeliruan posisi umat manusia di alam materi dan persaingan bertahan hidup, dan seolah-olah hakikat luhur yang termanifestasikan dalam diri sang nabi ini menyerukan kepada seluruh umat manusia : Terimalah prinsip ini dan luruskanlah kekeliruan dan penyimpangan hidup kalian.
Dari sini dapat disimpulkan bahawa nabi seluruh umat manusia ( nabi al-basyariyyah) adalah orang yang diutus dengan risalah agama yang berisi daftar kerja yang sangat elaboratif bagi diri dan memenuhi kemaslahatan diri. Ia memberikan “nalar praksis” ( al-aql al-amah) yang baku dan permanen, namun terus berubah-ubah dan aktif memperbarui diri bagi kehidupan di setiap masa sebagai motor pengatur keadaan diri agar tetap berada dalam kondisi prima (mizah) dan penuh wawasan ( bashirah), dan sebagai motr pengatur kondisi alam agar tetap berjalan di atas garis lintasan dan petunjuk. Inilah substansi Islam dalam pengertian terspesifiknya yang tidak dimiliki oleh agama lain dan tidak mampu dipenuhi oleh sastra, ilmu maupun filsafat mana pun, seolah-olah ia merupakan sumber cahaya di bumi sebagaimana halnya matahari yang menjadi sumber cahaya di langit.
Semua ini termanifestasikan dalam diri Muhammad S.A.W yang secara keseluruhan merupakan diri yang paling top dan tidak ada seorang pun yang lebih sempurna daripada diri beliau di muka bumi ini. Meskipun seandainya seluruh keutamaan kaum cerdik cendekia, filsuf dan orang –orang yang didewa-dewakan di muka bumi digabungkan menjadi satu di dalam satu paket , ia tetap tidak bisa menandingi kesempurnaan diri Nabi Muhammad S.A.W. seolah-olah diri beliau seperti mutiara yang dikeluarkan dari dalam rumah kerangnya, atau seperti intan yang dikeluarkan dari tempat penambangannya, atau seperti emas yang dikeluarkan dari dalam sumbernya. Ia adalah sosok besar yang jika kau pandang dari mana pun, maka akan kau lihat ia di atas umat manusia laksana matahari di ufuk cakrawala tertinggi yang bersinar di waktu Dhuha.
Itulah prototype sang Nabi Muhammad S.A.W sebagai penutup para nabi dan prototype agamanya sebagai agama umat manusia yang terakhir. Sehingga dapat dikatakan bahawa agama ini secara keseluruhan tidak lain dan tidak bukan adalah citra diri yang agung tersebut, dan dengan demikian harus diukur dengan parameter hak kemanusiaan yang baku, bukan dengan parameter manusia yang berubah-ubah yang kerana sebab tertentu seperti gunung batu yang menjulang tinggi dan kerana sebab lain seperti air tawar yang mengalir lembut.
AKUKAH MUSUH MUKMIN ITU? (matan)
RINDUKANLAH UNTUK MENYEMPURNAKAN AMAL...
ketahuilah, syaitan itu berupaya menghancurkan amal kita pada tiga bahagian, yakni sebelum, sedang, dan sesudah.
Sebelum beramal ditipu olehnya supaya kita mengurungkan niat untuk beramal. Ketika sedang beramal, ditipu olehnya supaya amal kita tidak sempurna. Ketika sudah beramal pun, ditipu olehnya supaya kita riya’ dan ujub, ingin amal itu dilihat dan dipuji orang.
Hendaknya kita amat waspada menghadapi tipuan-tipuan syaitan semacam ini. Kita harus menjaga sekuat-kuatnya ketiga moment amal tersebut. Dan kuncinya adalah sempurnakan ikhtiar baik saat berniat, saat melakukan, maupun saat amal itu selesai ditunaikan.
Manakala terdengar azan dikumandangkan dari masjid, waspadalah syaitan akan segera menasihati, “Tunggulah sebentar lagi sampai azan selesai.” Segera tepiskan bisikan itu dan pergilah ke masjid! Kerana, boleh jadi umur kita akan berakhir sebaik azan selesai. Kalau tidak segera solat, bahaya. Bimbang kita su'ul khatimah.
Ketika sampai di masjid, waspadalah syaitan akan kembali menasihati, “Duduknya dekat tiang saja supaya boleh bersandar kalau mengantuk.” tidak! Shaf pertama adalah shaf yang paling utama. Kejar dan sempurnakan ikhtiar kita!
Ketika usai mendirikan solat, waspadalah pula syaitan tak akan lelah untuk menasihati. Terjanglah godaan itu dengan cara menyempurnakan solat kita dengan wirid, zikir, doa, dan solat sunnah ba'diyah (kalau ada).
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (iaitu) orang-orang yang khusyuk dalam solatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada guna. (QS. Al Mu'minuun (23): 1-3)
Manakala melihat orang-orang lain bergegas keluar dari masjid sebaik selesai sahaja solat, hati-hati. Syaitan tak akan segan membisiki hati, dengan perasaan ujub dan takabur. Hati pun serta merta akan memberi tanggapan. “Lihat orang-orang itu benar-benar tergoda oleh syaitan. Mungkin, imannya lagi lemah.” Ini meremehkan orang lain. Hakikatnya kita yang terjebak oleh tipu daya syaitan.
Pendek kata, peliharalah agar kita tidak menjadi riya’, dan sombong dengan amal-amal kita. Caranya dengan menikmati ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amalan kita.
Tampaknya amalan-amalan yang demikianlah yang akan membuat Allah mengurniakan ilmu lanjutan, yakni ilmu yang sebelumnya tidak kita ketahui. Ini hikmah lain dari ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menyempurnakan setiap amal. Kerana, “Barangsiapa mengamalkan ilmu yang diketahuinya dengan sebaik-baiknya, nescaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang lain yang belum diketahuinya.”
Jadi, kalau kita ingin menjadi ahli ilmu yang luas, maka kuncinya adalah dengan berjuang menjadi ahli amal yang disempurnakan dan dijaga mutunya. Jangan tergiur oleh banyaknya amal, tetapi rindukanlah mampu menyempurnakan amal-amal kita.
DIRI KITA WAJIB BERHARGA DARI APA YANG KITA ADA....
Saudara – saudaraku, andaikata tujuan sudah ditetapkan, seperlahan apapun kita
bergerak insyaallah merupakan suatu kemajuan. Tapi bagi orang yang tujuannya
tidak tetap, segigih apapun bergerak boleh jadi menuju kehancuran.
Ada yang tujuannya hanya wang, ada yang tujuannya kepuasan. Tapi sebagai muslim paling
tidak ada tiga tujuan yang harus kita fahami sebagai manusia yang diciptakan
Allah.
Pertama, kita diciptakan oleh Allah untuk menjadikan segala aktiviti kita
sebagai ibadah. Itu ertinya andai kata saudara bisnes, ia adalah ibadah, bukan semata – mata
mencari wang ringgit semata.
Kedua, tugas hidup kita menjadi khalifah. Kita diberi kesempatan hidup di dunia
satu kali, Justeru kita harus berkarya sejauh mungkin, sehingga saat
kematian kita kelak adalah puncak kita berkarya dalam hidup ini yang bermanfaat
bagi peradaban manusia, mensejahterakan diri dan mensejahterakan orang lain.
Ketiga, tugas kita dalam bahasa agama disebut dakwah. Ertinya apapun aktiviti
yang kita lakukan harus menjadi pencerminan peribadi peribadi yang menjadi
teladan dalam kebenaran.
Saudaraku, ada orang yang sibuk dengan membanting tulang demi mencari sesuap
nasi. Ini rugi, sudah tulang yang dibanting hanya sesuap yang dicari.
Imam Ali pernah mengatakan , barang siapa yang memang kesibukannya hanya
untuk mencari isi perut, maaf darjatnya tidak jauh beda dengan apa yang keluar
dari perut.
Kalau hanya mencari makan apa bedanya dengan kambing?
Maka kita harus tahu bahwa kita tidak disuruh mencari wang. Tetapi kita disuruh untuk menjemput rezeki kerana setiap makhluk sudah disiapkan rezekinya masing – masing.
Ada perbezaan mendasar antara “mencari” dan “menjemput”. Kalau “mencari itu ada kemungkinan tidak mendapatkan apa yang dicari. Tapi kalau “menjemput”,pasti ada.
Kenapa? Kerana setiap orang sudah ada rezekinya.
Saya beri contoh, mencari isteri itu belum tentu dia punya isteri. tetapi menjemput isteri pasti sudah punya isteri kecuali mancari yang lain. Ini penting.
“Waman yatawakkal ‘ala Allah fahuwa hasbuh,” Q.S. At Thalaq (65) : 3, ertinya “Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah nescaya Allah akan mencukupkannya.”
Maaf kalau saya mengambil sudut pandang Islam, kerana itu yang saya fahami.
Seorang Muslim, dikatakan professional kalau dia memenuhi dua hal.
Pertama, di dalam mencari, dia sangat menjaga nilai – nilai kejujuran, tepat janji, mutu kerja,
sehingga kalau dia mendapatkan wang maka dirinya lebih bernilai dari sebanyak
apapun wang yang didapatkan. kerana dia mencari dalam rangka untuk
membangun nilai – nilai.
Kedua, dalam mencari nafkah atau “menjemput rezekinya” dia sangat menjaga
sehingga terbangun nama baiknya. Dengan demikian, dia tidak pernah takut
kehilangan apapun.
Kalau wangnya banyak, dia lebih kaya dari wangnya. Tapi maaf, kalau corruptor wangnya banyak, rumah berharga, kenderaannya berharga, tanah berharga, tapi yang tidak berharga adalah dirinya.
Bayangkan ada orang yang mencari, dia telah mendapat dunianya, tapi dia tidak
mendapatkan dirinya. Natijahnya dia takut sekali kehilangan jabatannya, kerana itu
yang dia anggap sukses.
Kenapa orang takut turun dari jawatannya?
SELAMAT PULANG ABUYA!
Duhai ALLAH...
DI BAWAH LANGIT CINTA....RABBANI!
Abang…
dikau pernah bertanya dalam santai kita berbicara,
“berapa lama lagi agak anta, Rabbani terus diterima, didengari?”
spontan aku menyahut,
cuba mereda dalam dadamu yang tak kutahu apa yang bermain..,
“selagi anta ada…”
“kalau ana takder ?!”
aku tergamam, tapi bibirmu menguntum senyum memandangku
dikau lanjutkan katamu…
“itu yang ana tak mau.
Ana tak nampak selain ________ dan ________
boleh berdiri sendiri kalau sampai masanya nanti.
Ana nak dorang bersedia hadapi hari tu….
Ana tak mau dorang berasa bergantung sangat kat ana
Ana tahu dorang tu boleh buat tapi dorang sengaja jer tak nak.
Dorang tu adik-adik ana, tapi tak ikut macam abangnya ”
sempat dikau bergurau di hujung bait lirihmu.
Aku hanya bisa mendengar luah gundahmu meski dikau alas dengan canda,
Betapa mereka (Rabbani); ada dalam hatimu setiap ketika
Bukan rahsia sifatmu mendahulukan kepentingan Rabbani
dari urusan peribadimu
dan saat ini aku tahu adik-adikmu itu sangat merinduimu…!
Betapa tidak, bang….
Berpuluhan tahun mereka membesar bersamamu,
Mendadai setiap badai yang menerpa,
Menampung penuh syukur, nikmat kurniaan yang mendatang….
12 tahun di bawah langit cinta bernama Rabbani
dikaulah pemimpin, ayah, sahabat, teman dan adakalanya dikau bagai ibu
tempat tiap anak tenang merebahkan resah….
Kini dikau tiada lagi…bang.
Dikau tinggalkan mereka saat 13 tiang seri Rabbani mahu berdiri…
Dikau pasti melihatnya nanti….
sayupnya hati kami dan sayunya indera kami…
Abang….
Maaf, aku masih tak bisa meneruskan lagi…..
bersambung....
ALANGKAH BAHAGIANYA DIA DI SANA....
Semalam aku ketemu dia di bawah pohon rendang rimbun menghijau,
Dia menyambut penuh senyuman sebagaimana yang selalu teukir di bibir mugilnya.
Ku dakap dia yang bergamis emas bercahaya dan beridak hijau masih terus tersenyum dan dipersilakannya aku duduk di sisinya…
Sungguh tak mampu aku menunggu meluah rindu syahdu padanya
Ku sampaikan juga getar rindu para sahabat yang tak pernah terkurang…
Tak terucap satu bicara dari bibirnya tapi ada bening jernih terbit di pelupuk matanya.
Dia menangis… ya Rabbi kesalnya aku membuatnya rawan… maafi aku, sahabat.
Dia genggam erat tanganku dan menunjuk ke satu arah…
Aku lihat sesosok tubuh duduk antara dua sujud di hadapan kami.
Kemudian melantun alunan gemersik kalam-kalam Ilahi menusuk-nusuk jiwa…
Aduhai merdunya… bagai terhenti detak jantung dan aliran darahku.
Mungkinkah ini orang yang selalu dia ceritakan padaku, yang dirindui mendengar alunannya ?
Alangkah bahagianya dia di situ… rasanya mahu sahaja aku terus bersamamu di bawah pohon rendang itu…
Ku hadapkan wajahku padanya, mengapa engkau berterusan membisu? Enggankah kau berkata padaku?
Dia tetap membisu seribu bahasa….
Aku terdengar sayup-sayup azan bergema, dia menghilang.
NOTA RINDU MENGINGATIMU BIDUAN SYURGA...
Ini sekadar cebisan rindu tanpa berhujung pada sahabatku Asri Ibrahim. Sebuah ceritera dari himpunan kisah bersamanya, umpama sehelai benang kenangan dari sulaman nostalgia yang selalu mengetuk-ngetuk pintu ingatan padanya….
Jam : 2.30 pagi
Aku dan Asri yang baru sahaja selesai rakaman di rumah aku (*ini merupakan album khas yang paling panjang sesi rakamannya dan masih belum sempurna hingga kini) terus bergerak ke Bukit Beruntung – Bukit Sentosa. Kami berbual berkaitan album itu
ASRI IBRAHIM
…banyak lagi nak rakam tu.
AKU
Takper lah….pelan-pelan asal siap.
ASRI IBRAHIM
takut tak sempat jer….
AKU
masa rakaman tadi kan, meremang ana dengar…
ASRI hanya tergelak kecil.
AKU
Sayu jer....
ASRI IBRAHIM
Dah...dah….
Begitulah antara sikap ASRI yang enggan larut dalam kata sanjungan padanya walau sekecil apapun.
ASRI IBRAHIM
Anta jangan bagitau sape-sape
pasal album ni. biar siap dulu.
Kalau boleh selagi tak siap,
Sape pun tak boleh dengar….
AKU
Insya’Allah! No problem….
Selanjutnya kami berbual tentang album ‘Nostalgia Nada Murni’ – ada sesuatu yang mengusik hatinya…(aku akan kongsi kemudian cerita itu @ mungkin berdiam itu lebih baik). Bicara kami bertukar pada perbualan tentang perancangannya untuk keluarga. Kami sampai tempat yang ditujui – rumah ASRI yang sudah berubah wajah. Dua buah rumah diubah menjadi satu. Cantik. Indah. Aku bangga apa yag dihajatinya untuk membeli rumah sebelahnya termakbul. Sejujurnya itulah kali pertama aku datang ke rumahnya yang bernuansa baru itu.
ASRI IBRAHIM
Ni lah…yang dapat ana sediakan
untuk orang umah dan anak-anak.nak lebih lagi tak mampu.
Tu pun tak siap lagi, kat belakang tu…
AKU
Okey lah ni….
ASRI IBRAHIM
Ahah! Ana pun nak dorang selesa…
ana pun selalu tinggalkan dorang… jap
yer…
ASRI buat panggilan pada isterinya (KAK JANNAH) . Aku tengok jam sudah 3 pagi lebih. ASRI maklumkan yang dia sudah sampai.
AKU
Lain kali bawak lah kunci rumah….
ASRI IBRAHIM
Bukan tak nak bawak tapi kak Jannah tu tak bagi,
dia yang nak buka sendiri, nak sambut ana balik
tak kisah lah pukul berapa pun…..
AKU
Mak aiii…. Romantik gilerrrr…
ASRI IBRAHIM
Mestilah….jeles ker?
Kalo jeles, anta kena kahwin.
Suara tawa kami pecah sama dalam keheningan pagi itu. Kemudian ASRI masuk ke dalam rumah seketika dan keluar semula. Dikeluarkan Naza Ria terlebih dahulu dan diletakkan di hadapan rumah jirannya. Disusuli pula memasukkan kereta ke perkarangan rumahnya. Kami berbual lagi…
AKU
apa lagi yang anta nak tapi tak dapat lagi?
ASRI IBRAHIM
Apa maksud anta?
AKU
Yerlah…. Maksud ana yang anta rasa nak target
dapat dalam tahun ni….
ASRI IBRAHIM
Ada… Insya’Allah…ana nak…
Aku mendengar penuh berhati harapannya satu persatu, harapan seorang suami, ayah, ketua, sahabat, da’I dan yang paling mengharukan aku ialah apabila mendengar harapannya sebagai seorang hamba ALLAH. Katanya….
ASRI IBRAHIM
Bulan ramadhan ni, ana nak khatamkan Qur’an…
Ya ALLAH …
belum sempat Ramadhan menjelang, sahabatku ini dijemput bersimpuh keharibaan-Mu.
Ya RABBI….
Perkenankan cita-citanya untuk menjadi BIDUAN di Syurga-Mu.
Ya Hannan Ya Mannan….