NIAT YANG MERINGANKAN KITA KE SANA...


Inilah ibadah yang amat yang dirindukan hati, sangat dinantikan jiwa dan begitu dialu-alukan roh kita. Betapa tidak, ibadah ini merupakan salah satu rukun Islam, yang kita harap semoga ALLAH mengurniakannya kepada setiap muslim dan muslimah. Ibadah ini adalah haji.


Perbahasan ibadah memiliki banyak aspek. Antara lain, niat dan keinginan kuat untuk melaksanakannya. Ini merupakan motivasi yang bagus, sebab sebahagian remaja hairan dan tertanya-tanya, “Untuk apa kita berbicara tentang ini? Ibadah ini bukanlah untuk kita…haji adalah ibadah untuk generasi tua!”


Mereka mengatakan haji adalah untuk orang-orang yang banyak berbuat maksiat di masa muda serta banyak melakukan dosa, sehingga di masa tuanya ia pergi haji agar ALLAH mengampuninya.


Saudaraku yang masih muda, tidakkah anda rindu untuk mengunjungi Rasulullah? Tidakkah anda rindu untuk berhaji ke Baitullah al-Haram (Rumah ALLAH yang suci)? Anda mengatakan, “tentu saja saya merindukan itu…” Saya tahu anda begitu merindukan semua itu. Oleh itu, pupuklah niat untuk mengerjakan haji tersebut mulai sekarang juga.


Saudaraku tercinta, bangkitkanlah hati sanubari anda… sebab kita memerlukan sebuah kepekaan rasa yang akan menerbitkan keharuan. Penulis akan sedaya mungkin cuba menyentuh mengenai nilai spritual atau roh haji yang bergejolak di dalam hati dan insya’ALLAH akan menumbuhkan buahnya dalam jiwa. Kita tidak akan membahas aspek Feqah Haji maupun tatacara manasik.


Percayakah anda jika saya katakan ibadah ini betul-betul penting khususnya bagi kalangan remaja? Bagaimana jika anda gigih berdoa kepada ALLAH agar mengurniakan kesempatan dan kemampuan untuk pergi haji ke Baitullah, kemudian ternyata DIA mengabulkannya?

Demi ALLAH, ini bukalah hal yang mustahil bagi-NYA!


Sekarang seolah penulis mendengar anda mengatakan, “Ya ALLAH kurniakanlah kami (kesempatan dan kemampuan) untuk menuju rumah-MU yang suci!.”



NIAT ITU MERINGANKAN ANDA!


Kembali penulis ingatkan, aspek dalam pembahasan ibadah haji merupakan aspek yang amat penting! Ibadah haji memerlukan perbelanjaan yang besar dan kadangkala keadaan ekonomi kita tidak mengizinkan kita untuk itu.


Berdoalah kepada ALLAH dengan hati yang tulus dan pupuklah niat serta motivasi kuat untuk ke sana…. haji. Insya’ALLAH ibadah ini akan dikurniakan untuk anda.


Ya, siapa tahu? Seseorang mungkin berdoa, “Ya RABBI, berikan kepada kami kemampuan dan kesempatan untuk mengunjungi rumah-MU yang suci… Ya RABBI, hatiku telah rindu untuk mengunjungi Rasul-MU…… Ya RABBI, janganlah kecewakan harapanku…… Ya RABBI, kabulkanlah permintaanku ini.” Ternyata kemudian ALLAH mengabulkan permintaan itu. Lalu selepas mengerjakan haji ia berkata, “Pada hari H jan J saya berdoa kepada ALLAH, dengan tulus dan niat yang ikhlas, kemudian ALLAH mengabulkan doa saya itu.”


Tidakkan ucapan ini mempengaruhi jiwa anda? Berniatlah sekarang juga dan tuluskan niat anda.



TIDAKKAH SAMPAI SERUAN INI….?


ALLAH berfirman :

“…dan mengerjakan haji adalah kewajiban bagi manusia terhadap ALLAH,

iaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; barangsiapa mengkafiri, maka sesungguhnya ALLAH Maha Kaya

(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

(QS. Ali Imran:97)


Perhatikan kata-kata ini: “… barangsiapa mengkafiri!.” Seolah orang kaya yang merasa tidak memerlukan ibadah haji ini telah memasuki daerah yang amat berbahaya!

Firman ALLAH lagi :


“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,

nescaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki,

dan mengenderai unta yang kurus yang datang

dari segenap penjuru yang jauh.”

(QS.al-Hajj:27)


Kata-kata “wa adzdzin” (“dan berserulah”) memiliki pengaruh dalam jiwa. Setiap kali mendengarnya, kita pun teringat kepada seruan azan yang dilantunkan dalam suara keras yang didengar semua orang. Subhanallah! Seolah ALLAH menginginkan agar panggilan haji ini betul-betul memenuhi telinga kita. Saudaraku, sudahkah seruan ini sampai ke telingan anda?


Kemudia kata “rijalan” (“dengan berjalan kaki”) dan “dhamirin” (“unta yang kurus”) serta “fajjin amiq” (“dari segenap penjuru yang jauh”), iaitu dari segenap pelusuk dunia, yang terpencil sekalipun. Dapatkah anda bayangkan? Apakah anda juga berfikir, mengapa mereka datang beramai-ramai?


Seruan haji telah sampai. Sambutlah seruan ini meski tempat anda begitu jauh.

Wahai mereka yang telah mendengar seruan ini, dan mampu menunaikannya… sambutlah seruan ALLAH. Jika anda belum mampu, pupuklah niat dan motivasi untuk mampu melakukannya. Hanya kepada ALLAH kita memohon pertolongan.


Rasulullah bersabda :

“ Barangsiapa haji ke Baitullah, tanpa berkata/berbuat kotor

maupun berbuat kefasikan, maka ia akan kembali

(pulang dalam keadaan suci) seperti

saat ia dilahirkan oleh ibunya.”[1]


Kembali seolah saat dilahirkan oleh ibunya! Sungguh, hal ini selayaknya memerlukan niat yang betul-betul tulus. Penulis begitu khuatir, jika penulis kembali bertanya kepada anda, “Sudahkah anda berniat?”, tetapi dijawab oleh anda, “Oh… sya sudah lupa!”


Rasulullah bersabda :

“Antara satu umrah dengan umrah yang lainnya,

adalah kaffarah (penghapus) untuk dosa-dosa (yang dilakukan)

di antara kedua umrah itu. Dan haji yang mabrur, tidaklah mempunyai balasan yang setimpal melainkan syurga!.”[2]

Syurga…?


Ya,demi ALLAH, balasannya adalah syurga!


Hati anda pasti bersukacita mendengar hadis ini. Wahai yang telah berniat dengan lidahnya, niatlah anda sekarang dengan hati dan jiwa anda.


Bersabda Rasulullah :

“Para pelaku haji dan umrah adalah utusan-utusan (menuju) ALLAH.

Jika mereka berdoa kepada-Nya, Dia akan mengabulkan,

jika mereka meminta kepada-Nya, Dia akan memberi; dan

jika memohon ampunan kepada-Nya, Dia pun akan mengampuni mereka.”[3]


Utusan menuju ALLAH?


Ya, para pelaku haji dan umrah adalah kekasih-kekasih ALLAH. Kita semua tahu bagaimana para utusan itu disa. Mereka disambut di sebuah aula besar dengan begitu meriahnya. Ini merupakan kebiasaan manusia menyambut sesama manusia.


Nah, apalagi jika ALLAH yang menyambut anda? Tidakkah anda suka mnjadi utusan ALLAH? Penulis seakan mendengar anda berkata. “Tentu saja, siapa yang tidak suka begitu?”. Alhamdulillah, andai itu memang perasaan anda, Ayuh! Sekarang bertawakallah kepada-Nya dan segaera laksanakan haji ke rumah-Nya. Atau paling kurang mulailah berniat, jika anda memang belum lagi memiliki kemampuan.


Ibadah haji adalah ibadahnya Nabi Ibrahim. Namun para Nabi juga banyak yang menngerjakan haji. Ketika Nabi Muhammad bersama Abu Bakar pergi haji dan melalui sebuah lembah antara Madinah dan Mekah, Baginda Rasul bersabda :


“Wahai Abu Bakar, lembah ini juga telah dilalui oleh Nabi Hud dan Nabi Soleh,

ketika mereka hendak mengerjakan haji ke Baitullah al-Haram.”[4]


Dikesempatan yang lain, Rasulullah menyatakan pula :

“Rumah ini telah dikunjungi (dalam ibadah haji) oleh 70 nabi.”


Tahukah anda kini, sebahagian besar Nabi telah mengerjakan haji ke Baitullah? Penulis rasa anda sekarang semakin bertambah semangat untuk mengunjungi Baitullah, betul-betul ingin memijakkan kaki, di mana para Nabi pun pernah memijakkan kaki mereka. Tapi, penulis merasa khuatir sekali jika anda masih mengatakan, “Saya belum juga merasakannya!”


[1] HR. al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah.

[2] HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’I dan Ibnu Majah.

[3] HR. Ibnu Majah.

[4] HR. Ibu Majah