pertanyaan buat AKU....

SUNGGUH MUTLAQ KUASAMU


Sungguh mutlaq kuasa-Mu, Tuhan

Sekelip mata terubah segalanya

Sehela nafas si anak jadi yatim

Seketika cuma si isteri bergelar balu.

Sejarak waktu dia hilang dalam terang


Sungguh ya ALLAH, sungguh….

Takkan siapa mampu membantah titah-Mu

Takkan berundur walau sedetik kesempatan

Melafaz apa yang terpendam dalam dada


Ya Ilahi Ya Rabbi…

Betapa utuh indahnya sulaman tali-temali kenangan

Bagai dihiris-hiris belati saat kucuba buka sulaman itu


Sungguh wahai Penilai Hati

Temani kami selalu, dekatkan kami pada-Mu

Agar kami tak merasa sepi …

Mohon kekuatan menelan kepahitan menjadi penawar


~ABBAN LO'BAW~

PENAWAR RINDU PADA GEMULAH BIDUAN SYURGA...asri ibrahim


Salah satu daripada dua album terakhir yang sempat disempurnakan oleh Ustaz Asri Ibrahim menjadi ole-ole kenangan dan amalan yang ingin dikongsi bersama kita. Konsep album yang lain daripada yang lain, tiada yang seumpamanya sebelum ini! Miliki yang tulen demi menyambung legasi gemulah yang ditinggalkan.....

edaran : HIJJAZ RECORDS SDN.BHD.
cover album by : BERT

MANA DIA....?


Hari ini – 25 Ogos 2009, hari pertama aku berbuka di luar. Berbuka di Hotel Singgahsana, Petaling Jaya. Hari pertama juga RABBANI membuat persembahan sempena Ramadhan di situ.


Bergemalah Azan Maghrib dari Asri Ubaidillah… tak semena-mena sayup sekali jiwaku. Berkata hatiku, bukankah sepatutnya dia di situ…. Mana dia?


Sebiji kurma, sepiring kueh teow goreng dan segelas air sejuk serta teh pudina – itu yang mampu berbuka tadi dari berbagai juadah yang mewakili 14 negeri.


Selepas solat Maghrib, persembahan pun bermula…..


Aku sangat merasai kekurangan di atas pentas itu. Mataku tercari-cari sesosok tubuh itu dari satu lagu ke satu lagu. Mana dia??? Tadi aku melihat dia …tersenyum, mengangkat tangan pada aku. Aku pujuk hati lagi, kejap lagi kot dia keluar.


Sehinggalah lagu ‘Mana Milik Kita’, dia tidak muncul juga. Zul dan Asri Ubai yang bersatu menyampaikannya. Aku bagai tersentap dari mimpi dalam mimpi, bila telinga ini mendengar Sharul yang semeja aku berkata, “Arwah Ustaz Asri kalau nyanyi lagu ni….”.

Ya ALLAH. Mengapa aku ini…. ya ALLAH ?


Menanti munculnya seorang sahabat yang telah kau ambil hampir 14 hari yang lalu. Betapa hidupnya dia dalam hati kami, di mata kami, di ingatan kami. Mengapa tidak kau bunuh sahaja semua kenangan itu dari hidup ini, ya Rabbi?


Perlahan-lahan mataku bergenang…akhirnya gugur lagi air mataku, di hadapan seorang perempuan yang senang disapa ‘Ummi’ meski puas sudah aku bertahan. Lagu ‘Mana Milik Kita’ benar-benar merasuk kehibaanku, terbayang bagaimana gaya Ustaz Asri di atas pentas itu membawa lagu itu. Aku tak bisa lama di situ…. Kaer menenangkan.


Perlahan-lahan aku beransur mahu meninggalkan dewan itu, Shahrul minta aku sampaikan pada ahli RABBANI tentang hajat rakan-rakan nasyid lain yang berada di situ untuk menyampaikan secara bersama tribute lagu penutup malam ini. Aku cuba menyampaikan tapi lidah ini sangat kelu bila di depan Badrul. Tunggang terbalik butir kata yang keluar. Sudahnya Shahrul yang menyampaikan terus pada Fendy . Aku tinggalkan mereka tanpa kata pamit…..di luar Kaer membujuk rawanku lagi.


p/s : TERIMA KASIH PADA SANG KUPU-KUPU MALAM YANG BELANJA BERBUKA….


Foto Ikhsan : FRIZDAN

TAFSIR ayat-ayat cinta-NYA (2) : surah al-An'am ayat 64


"Katakanlah: ALLAH lah yang menyelamatkan kamu daripadanya,
dan daripada tiap-tiap kesusahan, (tetapi) Kemudian itu
kamu mempersekutukan jua."


*****

"Katakanlah: ALLAH lah yang menyelamatkan kamu daripadanya,
dan daripada tiap-tiap kesusahan" - (pangkal ayat 64) : apabila bahaya itu telah lepas dan bencana-bencana darat atau bencana-bencana laut itu sudah surut dan fajar harapan timbul kembali, bukanlah itu dari kekeuasaan yang lain, melainkan kekuasaan ALLAH. Misalnya, ada satu kepercayaan yang sangat sesat daripada orang-orang yang percaya kepada keramat wali-wali, yang mengatakan apabila datang suatu bahaya, panggil saja nama seorang wali, seperti Syeikh Abdul Qadir Jailany atau Syeikh Samman.

Maka terjadilah suatu bencana besar, seperti gempa di darat atau taufan di laut. Meskipun berulang-ulang diminta pertolongan wali-wali itu, tidaklah mereka berkuasa menolong. sedangkan di waktu mereka masih hidup, tidaklah orang yang dikatakan wali itu dapat menolong, ini pula setelah mereka mati. Bahkan mereka pun tidaklah dapat bergerak tanpa dengan izin ALLAH. Justeru pergiliran di antara kesenangan dan kesusahan, keamanan dan malapetaka, kelancaran kerja atau bencana menimpa, tidaklah ada campurtangan manusia di dalamnya, dan tidak pula wali-wali yang telah mati itu.


Kita umpamakan sebuah bas besar membawa berpuluh penumpang terjerumus masuk jurang, semua penumpang mati kecuali sang pemandu. Setelah ditanyai pemandu itu oleh polis, dia mahu bersumpah dan bersedia dihukum, namun bas yang jatuh masuk jurang itu bukanlah atas kehendaknya dan bukan pula disengajakan. Demikian juga, misalnya terjadi perang dunia yang besar. Pada hakikatnya para ahli politik dan negarawan-negarawn yang hebat itu selalu berusah agar perang dapat dihindari. Namun satu waktu mereka sampai juga kepada suasana yang mereka tidak dapat menguasainya lagi, sehingga perang terjadi juga.

Ummat Muslimin pun telah berpuluh kali ditimpa malapetaka besar seumpama penyerangan bangsa Tartar dan Mongol yang menghancurkan Baghdad, pengusira besar-besaran kaum Muslimin dari Sepanyol setelah negara itu mereka kuasai dan jadi tanahair mereka 700 tahun lamanya. Tidak ada yang suka benca-bencana itu, namun bencana itu datang juga. Ada pula setengah penganut Tasauf mempunyai kepercayaan bahawa Nabi Khidhir yang mereka gelar Mudawil Qulub (Pengubat hati yang risau), akan datang menolong di saat yang susah itu. Padahal dalam bencana-bencana yang besar itu, tidak pernah sekali juga orang bertemu Nabi Khidhir, kecuali kalau ada yang berdongeng atau menjadi penglipur lara.

Maka teranglah bahawa suatu bencana datang tidak lain daripada kehendak ALLAH, menurut sunnatullah yang telah tertentu. dan terang pula bahawa yang menggilirkan keadaan dari bencana kepada keamanan, melainkan dari ALLAH juga : (tetapi) Kemudian itu kamu mempersekutukan jua." - (hujung ayat 64)

Sudah terang dan dialami oleh manusia sendiri bahawa yang melepaskan mereka dari segala bencana dan kesusahan tidak ada yang lain, melainkan ALLAH, namun apabila bencana atau kesusahan itu sudah terlepas, banyaklah manusia lupa kepada ALLAH dan bergantung kepada yang lain daripada ALLAH. Ada yang datang menyatakan syukurnya kepada berhala, ada yang melepaskanniat-qaulnya kepada kuburan wali, dan ada pula yang mempersekutukan harta bendanya dengan ALLAH, sebab pengalaman pahit yang telah dilaluinya itu tidak menginsafkannya akan kekuasaan ALLAH!.

BERSAMBUNG...




CUBALAH MERASAI INDAHNYA KASIH SAYANG...


Maha Suci ALLAH, Zat yang mengurniakan kasih sayang kepada makhluk-makhlukNya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.

Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercabut dari dalam hidup, maka itulah biang dari segala bencana, kerana kasih sayang ALLAH Azza wa Jalla ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih sayang di kalbunya.

 Natijahnya, jelas menggemparkan masyarakat baru-baru ini apabila seorang ayah sanggup membunuh isteri yang sedang menyusukan anak kecilnya. Bahkan anak kecil comel itu turut terkorban. Begitulah, kekejian demi kekejian, kebiadaban demi kebiadaban menjadi simbol kehinaan martabat manusia. Hal ini terjadi, tiada lain karena telah tercabutnya kurnia kasih sayang yang ALLAH semayamkan di dalam kalbunya.

Justeru, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhaikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela bersusah-payah membacakan buku, akhbar, atau juga surat kepada orang-orang tua, sehingga mereka bisa belajar, memperoleh informasi, dan mendapatkan ilmu yang lebih luas.

 Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda,

 "ALLAH SWT mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin, manusia, binatang, dan haiwan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan (ALLAH SWT) menangguhkan 99 bahagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti." (H.R. Muslim).

 Dari hadis ini jelas megisyaratkan walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun kesannya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa sekali. Oleh itu, sudah sepantasnya jikalau kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan ALLAH SWT, tanyakanlah kembali pada diri ini, sampai sejauh mana kita menghidupkan kalbu untuk saling berkasih sayang bersama makhluk lain?!

 Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang selalu bergejolak keinginannya untuk mengalirkan kandungannya tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju lautan luas, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali.

 Sama pula seperti pancaran sinar cerah matahari di pagi hari, dari dulu sampai sekarang ia terus-menerus memancarkan sinarnya tanpa henti, dan sama pula, matahari tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita, ia benar-benar melimpah terus tidak pernah ada habisnya.

 Tidak ada salahnya agar muncul kepekaan kita menyayangi orang lain, kita mengawalinya dengan menyayangi diri kita dulu. Mulailah dengan menghadapkan tubuh ini ke cermin seraya bertanya-tanya:

Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti, atau sebaliknya, wajah ini akan rentung terbakar nyala api jahannam?

 Tataplah hitamnya mata kita, apakah mata ini, mata yang bisa menatap ALLAH, menatap Rasulullah SAW, menatap para kekasih ALLAH di syurga kelak, atau mungkin akan terburai karena kemaksiatan yang pernah dilakukan?

 Bibir kita, apakah ia akan bisa tersenyum gembira di syurga sana atau bibir ini kelak menjulurkan lidah yang dipenuhi nanah-nanah yang mendidih?

 Perhatikan pula tubuh tegap kita, apakah ia akan dilitupi penuh cahaya di syurga sana, sehingga layak berdampingan dengan si pemiliki tubuh mulia, Rasulullah SAW, atau tubuh ini akan panas membara, menjadi bahan bakar bersama hangusnya batu-batu di kerak neraka jahannam?

 Ketika memandang kaki, tanyakanlah apakah ia senantiasa melangkah di jalan ALLAH sehingga berhak menginjakkannya di syurga kelak, atau mungkinkah kaki ini nanti akan disiat-siat dengan pisau yang berduri?

 Bersihnya kulit kita, renungkanlah apakah ia akan menjadi indah bercahaya ataukah akan hitam legam karena dijilat lidah api jahannam?

Mudah-mudahan dengan mencermin diri sambil menafakuri diri, kita akan lebih mempunyai kekuatan untuk menjaga diri kita.

 Jangan pula meremehkan makhluk ciptaan ALLAH, sebab tidaklah ALLAH menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang ALLAH ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja kurnia dari ALLAH Azza wa Jalla adalah jalan bagi kita untuk bertafakur jikalau hati ini bisa menyentuhnya dengan penuh kasih sayang.

 Dikisahkan di hari akhir datang seorang hamba ahli ibadah kepada ALLAH dengan membawa aneka pahala ibadah, tetapi ALLAH malah menyatakannya sebagai ahli neraka, mengapa? Ternyata karena suatu ketika si ahli ibadah ini pernah mengurung seekor kucing sehingga si kucing tidak dapat mencari makan dan tidak pula diberi makan oleh si ahli ibadah ini. Akhirnya mati kelaparanlah si kucing ini. Ternyata walau ia seorang ahli ibadah, laknat ALLAH tetap menimpa si ahli ibadah ini, dan ALLAH menetapkannya sebagai seorang ahli neraka, semuanya lantaran tiadanya kasih sayang di kalbunya.

 Tetapi ada kisah sebaliknya, suatu waktu seorang wanita berlumur dosa sedang beristirehat di sebuah telaga yang berair dalam di sebuah lembah padang pasir. Tiba-tiba datanglah seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya seakan sedang merasakan kehausan yang luar biasa. Walau tidak mungkin terjangkau kerena dalamnya air telaga itu, anjing itu tetap berusaha menjangkaunya, tapi tidak dapat. Melihat kejadian ini, tergeraklah si wanita untuk menolongnya. Dibukalah kasutnya untuk digunakan menceduk air, setelah air didapat, diberikannya pada anjing yang kehausan tersebut. Subhanallah, dengan izin ALLAH, terampunilah dosa wanita ini.

 Demikianlah, jikalau hati kita mampu merasai derita makhluk lain, insya‘ALLAH keinginan untuk berbuat baik akan muncul dengan sendirinya.

 Bagi seorang hamba yang tumbuh kasih sayang di kalbunya, ketika datang orang yang berhajat meminjam wang, secara tidak sedar muncul rasa hiba terhadap penderitaan orang lain. Bahkan jauh di lubuk hatinya yang paling dalam akan membayangkan bagaimana jikalau yang menderita itu dirinya. Terlebih lagi dia sangat menyedari ada hak orang lain yang dititipkan ALLAH dalam hartanya. Justeru itulah, dia begitu ringan memberikan sesuatu kepada orang yang memang memerlukan bantuannya.

 Ingatlah, hidupnya hati hanya dapat dibuktikan dengan apa yang mampu kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa ertinya hidup kalau tidak punya manfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar saja. Tidak ada salahnya kita berfikir terus dan bekerja keras untuk menghidupkan kasih sayang di hati ini. Insya’ALLAH bagi yang telah tumbuh kasih sayang di kalbunya, ALLAH Azza wa Jalla, Zat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengurniakan ringannya mencari nafkah dan ringan pula dalam menafkahkannya di jalan ALLAH, ringan dalam mencari ilmu dan ringan pula dalam mengajarkannya kepada orang lain, ringan dalam melatih kemampuan diri dan ringan pula dalam membela orang lain yang teraniaya.

 Cara lain yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk menghidupkan hati nurani agar senantiasa diliputi nur kasih sayang adalah dengan melakukan banyak silaturrahim, menyambung hubungan yang pernah terputus, bantulah saudara-saudara kita yang ditimpa musibah meskipun kita tidak pernah bersua dengannya, runtuhkanlah berhala-berhala keegoaan yang mendiami di dada kita sehingga menimbulkan jarak perhubungan dan lihatlah orang lain sebagaimana keinginan kita mahu orang lain menilai kita. Insya’ALLAH hati kita akan melembut kerana senantiasa tercahayai pancaran sinar kasih sayang.


~ABSHUHEYNAMUS~

Tafsir Ayat-Ayat Cinta-NYA : satu hari satu ayat


“Katakanlah:Siapakah yang akan menyelamatkan kamu

dari bencana-bencana darat dan laut. Tatkala kamu memohon kepada-Nya

dengan kerendahan dan bersunyi-sunyian. Jika DIA selamatkan kami dari ini,

nescaya jadilah kami daripada orang-orang yang bersyukur.”

(Surah al-An’am ayat 63)

Sudah menjadi asam garam kehidupan kita melalui senang dan susah, suka dan duka; bahagia dan bencana yang datangnya silih berganti. Di darat ada kesusahan dan bencana, di samping senang dan bahagia; di laut pun begitu juga.

Sekarang berfirmanlah ALLAH : “Katakanlah!” [pangkal ayat 63] – Wahai UtusanKu, kepada mereka itu ditanyai Siapakah yang akan menyelamatkan kamu dari bencana-bencana darat dan laut.” Bencana darat bermacam-macam, entah banjir besar, entah gunung berapi meletus, entahkan gempa bumi, mungkin kebakaran rumah, barangkali tersesat di dalam hutan belantara atau di padang pasir yang tandus tiada air, boleh jadi juga hutang bertampuk tak berbayar, entah kerana ditangkap pihak berkuasa lantaran dituduh atau difitnah melakukan sesuatu kejahatan, padahal anda tidak membuatnya .

Di laut pun banyak bencana. Entah bahtera kecil ombakpun besar, kita terapung-apung laksana sabut kelapa saja, air telah masuk ke dalam bahtera sehingga terancam akan tenggelam. Bahkan kapal besar pun seumpama kapal Titanic yang karam dan kapal Van Der Wijck tenggelam di Laut Jawa (1936). Mungkin juga ombak besar yang datang memusnahkan sebuah percutian hingga meragut nyawa orang yang kita sayang.

Di dalam ayat ke-63 Surah al-An’am ini, bencana itu disebut Zhulumaat iaitu berbagai kegelapan. Gelap, tidak tahu lagi apa yang akan dikerjakan, sebab segala ikhtiar sudah habis dan daya manusia sudah terhenti. Ketika itu, gelaplah segala jalan di bumi, di darat dan di laut. Tempat mengadu tinggal satu iaitu pada ALLAH.

Tatkala kamu memohon kepada-Nya dengan kerendahan dan bersunyi-sunyian.”Pada waktu itu, hilanglah segala rasa kebesaran diri yang kecil ini, lalu merendah merunduk kepada ALLAH, kadang-kadang tekun berlutut, bersujud seorang diri di tempat sunyi, tak ada orang lain dan berseru : Jika DIA selamatkan kami dari ini, nescaya jadilah kami daripada orang-orang yang bersyukur.”- Sekeras-keras hati manusia , ketika itu mennjadi lunaklah sikapnya. Tidak akan ada lagi orang yang engkar selama ini kepada ALLAH yang akan membesarkan diri, melainkan berhenti fikiran, tinggal rasa kerendahan dan memohonkan pertolongan kepada Yang Maha Kuasa, dan kerapkali pula di waktu itu bernazar, bila Engkau selamatkan aku atau kami dari bencana ini, wahai Yang Maha Kuasa, kami akan menjadi hamba yang bersyukur atau mentaati-Mu. Ada pula yang bernazar akan mendirikan solat sebab sudah lama ditinggalkannya. Malahan orang-orang soleh sendiripun bernazar, kalau dia terlepas dari bencana ini; dia akan puasa sekian hari, dia kan bersedekah, memberi makan fakir miskin sekian orang.

Ketahuilah, ombak gelombang bencana itu akan silih berganti. Taufan lautan akan reda, bencana daratan akan surut, duka akan berganti bahagia; tidak ada yang tetap. Tetapi siapakah yang merubah keadaan semua itu?


BERSAMBUNG....