PERNAHKAH KAU MELIHAT IBUMU MENANGIS???


Itulah soalanku. Pendek dan kecil, tapi soalan itu sendiri berat dan menimbulkan aneka macam fikiran. Itu bukan soalan yang aku quote dari mana-mana. Itu memang soalan daripada aku sendiri.

Aku pernah.

Dan percayalah saat aku menoleh dan ternampak ibuku menangis, terasa seolah-olah seluruh dunia ini menjadi putih kekayangan dan yang wujud di tengah-tengah putih itu hanyalah aku dan ibuku. Air mata jernih yang menitis dari mata-mata yang sering kutenung dengan kasih sayang itu seperti membawa bersamanya suatu beban yang menghentam tanah yang kupijak. Maka bergegarlah hatiku. Air mata yang menitis itu seolah-olah bertukar menjadi wap belum sempat ia menyentuh tanah, lalu ditiup angin halimunan yang datang ke arahku. Angin air mata itu meluncur menembusi diriku, melarikan bersamanya segala apa perasaan yang hadir dalam lubuk hatiku. Yang tinggal hanyalah perasaan sayu dan sedih.

Dan aku tenung wajah ibuku, dan tenungan itu tak kusangka memberikan suatu torehan yang begitu dalam ke atas hatiku. Ya Allah, sakitnya. Pilunya. Sekiranya aku pilu yang kurasakan sudah begitu menyeksakan, aku tertanya-tanya bagaimana pula seksa hati ibuku. Ya Allah berilah dia kekuatan, YA ALLAH!!! Aku benar-benar memohon kepadaMu, Ya Allah, kerana tiada siapa lagi dalam dunia ini yang mampu menolongku, melainkan Kau, Ya Allah... Siapa lagi kalau bukan Kau, Ya Allah...

Dalam kesayuan hatiku, aku sendiri tidak menangis. Mataku yang menangis hanya akan menambahkan lagi kepiluan ibuku. Namun, kubiarkan saja hatiku meraung. Kalau kumampu, mahu kutahan saja air mata itu daripada mengalir lagi. Kalau kumampu, mahu saja kurompak perasaan sayu dan pilu itu dari ibuku. Biarlah aku saja yang terseksa. Aku masih muda. Ibuku bukan muda lagi. Hati mudaku masih boleh menahan semua torehan itu. Aku risau hati ibuku teruk berdarah. Aku hanya mahu ibuku gembira. Aku hanya mahu ibuku gembira. Aku hanya mahu ibuku gembira.

Bagaimana aku boleh meninggalkan ibuku terseksa seorang diri? Serba salah dibuatnya hatiku. Pemergianku seolah-olah menjadikan aku pentingkan diri sendiri. Siapa lagi yang akan mendakap ibuku jika aku tiada di sisi ibuku? Siapa lagi yang akan memujuk ibuku? Siapa lagi kalau bukan aku? Siapa lagi, beritahu aku? Ya Allah, bagaimana, ya Allah? Diluah mati emak, ditelan mati bapa.

Aku tersenyum pilu dan melihat kau yang sedang membaca ini, dan berkata,

"Andainya kau pernah melihat ibumu menangis..."

BILA IBU BOLEH MEMILIH..... (renungan buat sang anak)


Anakku,

Bila ibu boleh memilih

Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar kerana mengandungmu

Maka ibu akan memilih mengandungmu...

Kerana dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah

Sembilan bulan nak,,,, engkau hidup di perut ibu

Engkau ikut kemanapun ibu pergi

Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak kerana kebahagiaan

Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman,

kerana ibu kecewa dan berurai air mata...

Anakku,...

Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi kanser, atau ibu harus berjuang melahirkanmu

Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu

Kerana menunggu dari jam ke jam, minit ke minit kelahiranmu

Adalah seperti menunggu masa memasuki salah satu pintu surga

Kerana kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan

Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua

Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit ,

Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun

Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia

Saat itulah... saat paling membahagiakan

Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,

Mendengarkan ayahmu mengumandangkan azan,

Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu

Anakku,...

Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
maka ibu memilih menyusuimu,

kerana dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetitisan-titisan dan tegukan tegukan yang sangat berharga

Merasakan kehangatan bibir dan badanmu di dada ibu dalam ngantuk ibu,

Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

Anakku,

Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang santai

Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle

Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu

Tetapi anakku...

Hidup memang pilihan ....

Jika dengan pilihan ibu , engkau merasa sepi dan merana

Maka maafkanlah nak ...

Maafkan ibu....

Maafkan ibu ...

Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita ,
agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang

Percayalah nak ....

Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu

Percayalah nak ...

Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu,,,,


BAHASA HATI NAHU RASA


Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta.

Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang.

Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan.

Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan.

Tak ada batu keras yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran.

Semua itu haruslah berasal dari hati anda.

Bicaralah dengan bahasa hati, maka akan sampai ke hati pula.

Kesuksesan bukan semata-mata betapa keras otot dan betapa tajam otak anda,

namun juga betapa lembut hati anda dalam menjalani segala sesuatunya.

Anda tak kan dapat menghentikan tangis seorang bayi hanya dengan

merengkuhnya dalam lengan yang kuat. Atau, membujuknya dengan berbagai

gula-gula dan kata-kata manis. Anda harus mendekapnya hingga ia merasakan

detak jantung yang tenang jauh di dalam dada anda.

Mulailah dengan melembutkan hati sebelum memberikannya pada keberhasilan

anda

TEMAN adalah hadiah dari-NYA....


Seperti hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya jelek. Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau keperibadian yang menarik. Yang bungkusnya jelek punya wajah biasa saja, atau keperibadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.

Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya jelek. Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam, saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama. Kita mencintai dia dan dia mencintai kita.

Yang isinya buruk punya jiwa yang terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll.

Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencuba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahawa itu semua BUKAN-lah kerana mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta justeru ia memerlukan cinta kita, menginginkan perhatian kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yang memasung jiwanya.

Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yang terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kita mengajak seseorang yang takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yang mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka kerana tidak mau berlari atau berenang bersama kita. Mereka tidak akan bilang bahawa "lutut" mereka luka atau mereka "takut air", mereka akan katakan mereka tidak suka berlari atau mereka akan bilang berenang itu membosankan dll. Itulah cara mereka mempertahankan diri.

Mereka akan bilang:
"Menari itu tidak menarik"
"Tidak ada yang cocok denganku"
"Teman-temanku sudah lulus semua"
"Aku ini buruk siapa yang bakal tahan denganku"
"Kisah hidupku membosankan"

Mereka tidak akan bilang:
"Aku tidak bisa menari"
"Aku membutuhkan kamu denganku"
"Aku kesepian"
"Aku butuh diterima"
"Aku ingin didengarkan"

Mereka semua hadiah buat kita, entah bungkusnya bagus atau jelek, entah isinya bagus atau jelek. Dan jangan tertipu oleh kemasan. Hanya ketika kita bertemu jiwa dengan jiwa, kita tahu hadiah sesungguhnya yang sudah disiapkanNya buat kita

Kembalikan Semua Kepada-NYA.....

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutanmu, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.

Demikian untaian firman Allah dalam QS Alam Nasyrah [94] ayat 1-8.

Surah ini turun ketika Rasulullah SAW tengah menghadapi masa-masa tersulit dalam hidupnya. Ketika itu beliau ditinggal wafat istri dan pamannya, serta menghadapi boikot kejam dari kafirin Quraisy. Dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah SWT menghibur dan melapangkan dada beliau dengan turunnya rangkaian ayat ini.

Saudaraku, orang-orang yang dilapangkan hatinya oleh Allah Azza wa Jalla adalah orang yang tidak cinta dunia, tapi cinta kepada kehidupan abadi di akhirat kelak. Ia hanya berfikir untuk menyiapkan diri menghadapi kematian, sehingga meraih husnul khatimah. Jadi, saat kita merasa berat dan susah menghadapi hidup, coba tanyakan hati kita, apakah hati didominasi cinta dunia? Di mana fokus hidup serta perhatian hanya tertuju ke sana, sehingga tidak ada tempat (atau hanya sedikit tempat) bagi Allah.

Kata ousry berarti kesulitan yang begitu hebat. Tapi justru kesulitan ini selalu diapit dua kelapangan dan kemudahan. Saya mendapat SMS dari seorang sahabat. Berikut petikkannya, "Kehangatan hanya bisa kunikmati jika aku pernah kedinginan. Cahaya hanya bisa menyinari jika aku pernah berada dalam kegelapan. Bahagia hanya bisa aku syukuri bila aku pernah ada dalam kesulitan. Ya Rabb, terima kasih Engkau telah memberiku kesempatan untuk mensyukuri semua berkah dan karunia-Mu. Jika Engkau tidak pernah memberiku kedinginan, kegelapan, dan kesedihan, mungkin akan selalu mengabaikan nikmat semua yang Engkau berikan kepada kami. Mungkin kami menjadi manusia yang kufur nikmat. Dan tanpa kami sadari kami berjalan jauh dari-Mu. Terus ingatkan kami ya Allah. Jangan biarkan kenikmatan melalaikan kami dari mengingat-Mu, karena tiada tujuan kami selain untuk bertemu dengan-Mu."

Saudaraku, saat kita menghadapi kesempitan hidup, lalu mengembalikan semua kepada Allah, insya Allah kemudahan akan segera datang. Hujan tak selamanya turun, ada saatnya berhenti. Badai pun pasti berlalu. Hidup adalah perjuangan. Sedangkan tidak ada perjuangan yang mudah, dan setiap perjuangan pasti butuh pengorbanan.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Demikian janji Al Khaliq dalam QS Ath Thalaaq [65] ayat 2-3.

UJIAN KELAPANGAN & KESENANGAN

Kemaksiatan yang menimbulkan rasa rendah hati dan harapan (akan rahmat dan kasih sayang Allah) lebih baik daripada taat yang membangkitkan rasa mulia diri dan keangkuhan.
(Ibnu Atha'ilah).

Kita harus prihatin dan ikut sedih dengan musibah yang menimpa saudara-saudara kita di seluruh dunia. Namun kita harus lebih prihatin dengan gempa yang menggoncang iman kita.


Siapapun yang sekolah pasti akan diuji untuk menaikkan tingkatnya. Lain halnya dengan yang tidak sekolah, mereka tidak akan diuji. Maka beruntunglah orang-orang yang diuji oleh Allah dan mereka mampu melewati ujian tersebut dengan baik.

Bagi orang taat, beragam kesulitan hidup, bencana alam, kelaparan, dsb adalah ujian untuk menaikkan derajat sekaligus penggugur dosa-dosanya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka diujinya ia dengan musibah". Dalam hadis lain disabdakan pula, "Tiada sesuatu yang mengenai seorang Mukmin berupa penderitaan atau kelelahan (penat) atau risau hati dan pikiran, melainkan kesemuanya itu akan menjadi penebus dosanya" (HR Bukhari Muslim).


Lain halnya bagi orang taat tapi berlaku maksiat, musibah adalah peringatan agar ia kembali kepada Allah. Sedangkan bagi ahli maksiat, musibah adalah awal dari bencana yang lebih besar lagi (khususnya di akhirat).


Saudaraku, kita sering menganggap ujian hanya berbentuk kesusahan saja. Padahal, kemudahan dan kelapangan hidup pun hakikatnya adalah ujian. Ujian kesusahan biasanya memudahkan kita kembali kepada Allah. Sebaliknya, ujian kemudahan dan kelapangan tidak jarang malah menjauhkan kita dari Allah. Betapa banyak orang yang celaka dan lupa diri justeru saat ia dalam kelapangan! Kerana itu, andai kelapangan tidak membuat kita lebih taat dan dekat dengan Allah, maka kita termasuk yang tidak lulus ujian.

Hilangnya kesempatan beramal adalah musibah. Apalagi bila kita sudah tahu ilmunya, namun tidak mau beramal, benar-benar sebuah musibah. Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan (QS Ash Shaff [61]: 2-3).


Kerana itu, berhati-hatilah saat kita diberi nikmat, kelapangan atau kemudahan, tapi semua itu tidak membuat kita semakin dekat dengan Allah. Boleh jadi nikmat tersebut adalah istidjraj, di mana Allah menghinakan kita dengan segala nikmat-Nya.

Bisa saja kita memandang prihatin saudara-saudara kita yang terkena bencana alam. Padahal, diri kita sendiri yang paling layak dikasihani, seandainya kelapangan dan kemudahan itu tidak kita syukuri. Sedangkan mereka, di tengah kesusahan hidup, kalau sabar, Allah pasti memuliakan dan mengangkat darjat mereka.