SIAPA DALAM PANDANGAN TUHAN?



Mudah-mudahan ALLAH SWT yang Maha Mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya, menolong kita agar dapat mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki,memberitahu jalan yang harus ditempuh, dan memberikan kurnia semangat terus-menerus sehingga kita tidak dikalahkan oleh kemalasan, tidak dikalahkan oleh kebosanan, dan tidak dikalahkan oleh hawa nafsu.

Dan mudah-mudahan pula warisan terbaik diri kita dapat diwariskan kepada keluarga, keturunan, dan lingkungan adalah keindahan akhlak kita. Kerana ternyata keislaman seseorang tidak diukur oleh luasnya ilmu. Keimanan seseorang tidak diukur oleh hebatnya pembicaraan. Kedudukan seseorang di sisi ALLAH tidak juga diukur oleh kekuatan ibadahnya semata. Tapi semua kemuliaan seorang yang paling benar Islamnya, yang paling baik imannya, yang paling dicintai oleh ALLAH, yang paling tinggi kedudukannya dalam pandangan ALLAH dan yang akan menemani Rasulullah SAW ternyata sangat khas, iaitu orang yang paling mulia akhlaknya.

Walhasil sehebat apapun pengetahuan dan amal kita, sebanyak apapun harta kita, setinggi apapun kedudukan kita, jikalau akhlaknya rosak maka tidak bernilai. Kadangkala kita terpesona kepada topeng duniawi tapi segera sesudah tahu akhlaknya buruk, pesona pun akan pudar.

Yakinlah bahwa Rasulullah SAW diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini dinyatakan sendiri oleh beliau ketika menjawab pertanyaan seorang sahabatnya, "Mengapa engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?". Rasul menjawab, "Innama buitsu liutamimma makarimal akhlak" "Sesungguhnya aku diutus ke dunia hanyalah untuk menyempurnakan akhlak".

Sayangnya kalau kita mendengar kata akhlak seakan fokus pikiran kita hanya terbentuk pada senyuman dan keramahan. Padahal maksud akhlak yang sebenarnya jauh melampaui sekadar senyuman dan keramahan. kerana pembentukan akhlak terkandung dalam perilaku sehari-hari, ini termasuklah bagaimana akhlak kita kepada ALLAH.

Akhlak kita kepada ALLAH SWT harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlaknya kepada ALLAH, hatinya benar-benar putih seperti putihnya air susu yang tidak pernah tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya. Bersih keyakinannya, tidak ada sekutu lain selain ALLAH. Tidak ada satu titik pun di hatinya meyakini kekuatan di alam semesta ini selain kekuatan ALLAH SWT sehingga ia sangat jauh dari sifat munafik.

Bagaimanakah sifat orang munafik itu? Berikut ini kita kutip tulisan dari Imam Al Ghazali yang menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom, seorang ulama yang soleh ketika mengupas perbezaan antara orang mukmim dengan orang munafik:

"Seorang mukmin senantiasa disibukan dengan bertafakur, merenung, mengambil pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang munafik disibukkan dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini.

Seorang mukmin berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada ALLAH, sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada ALLAH.

Seorang mukmin merasa aman, tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada ALLAH karena dia yakin bahwa apapun yang mengancam dia ada dalam genggaman ALLAH, di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada ALLAH, naudzhubilah, yang tidak dia takuti malah ALLAH SWT.

Seorang mukmin menawarkan hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara seorang munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan hartanya.

Seorang mukmin menangis karena malunya kepada ALLAH meskipun dia berbuat kebajikan, sementara seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat keburukan.

Seorang mukmin senang berkhalwat dengan menyendiri bermunajat kepada ALLAH, sementara seorang munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada ALLAH.

Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merosak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan kesuburan.

Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merosak, naudzhubillah".

Ah, Sahabat. Nampak demikian jauh beza akhlak antara seorang mukmin dengan seorang munafik. Justeru kita harus benar-benar berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik seperti diuraikan di atas. Kita harus benar-benar mencegah diri kita untuk meyakini adanya penguasa yang menandingi kebesaran dan keagungan ALLAH.
Kita harus yakin siapa pun yang punya jabatan di dunia ini hanyalah sekedar makhluk yang hidup sebentar dan bakal mati, seperti halnya kita juga. Jangan tertipu dan terpesona dengan kedudukan, pangkat, dan jabatan, sebab itu cuma tempelan sebentar saja, yang kalau tidak hati-hati justeru itulah yang akan menghinakan dirinya.

Sayangnya kalau kita semak di media massa sekarang, sepertinya ada sesuatu yang menyedihkan di mana cara menyampaikan pendapat, kritik, dan saran dilakukan dengan akhlak yang kurang terpuji, kotor, kasar, dan nista. Saling memukul, saling menjatuhkan, saling mencemarkan, dan saling menghebahkan aib. Apa yang dicari? asal tahu saja bahwa kuasa yang disandang itu tidak akan lama, hanya beberapa tahun saja dan kalau tidak hati-hati justeru aibnya tetap melekat lama. Harusnya kita anggap semuanya biasa-biasa saja, anggap sebagai hiburan yang kalau tidak hati-hati, pangkat dan jabatan itulah yang akan mencemarkan, menjatuhkan, dan menghinakan kedudukan dunia dan akhirat kita.

Oleh itu, jangan mudah teruja melihat orang punya kedudukan, sebab itu cuma tempelan ringan yang berat tanggungjawabnya. Jangan pula mendatangi orang yang dianggap memiliki kekuatan dahsyat sehingga kita merasa aman. Para dukun, tukang sihir, atau paranormal, mereka sama saja dengan kita iaitu makhluk yang pasti binasa. Mereka hanya orang lapar yang mencari makan dengan menjadi dukun atau yang sejenisnya. Seharusnya kalau mereka hebat, tidak usah mencari nafkah dengan seperti itu. Pernah suatu ketika ada seseorang yang mengaku ahli pengubatan yang ternyata hanya menjual kata-kata, pengubatan yang dia maksudkan ternyata berasal dari obat yang dia beli di farmasi dan dijual kembali dengan harga berpuluh dan beratus kali lipat dari harga aslinya.

Mereka hanya sekadar makhluk yang hidup sebentar dan lama-lama akan binasa. Bagi kita hidup di dunia hanya mampir sebentar, sehingga yang paling patut harus kita lakukan adalah mempersiapkan bekal untuk kepulangan kita nanti. Oleh itu ketika kita memandang manusia adalah hal yang biasa-biasa saja. Hanya ALLAH-lah segala-galanya, Dia penguasa tunggal, Dia Pemilik, Penggenggam, Penentu satu-satunya tiada yang lain selain ALLAH Azza wa Jalla.

Bulatkan dan bersihkan hati kita hanya kepada ALLAH dengan dibuktikan oleh kesungguhan ibadah dan amal kita. Sehingga tidak usah menyimpan keris sekecil apapun di rumah kita hanya untuk menjadi penolak bala. ALLAH yang Maha Agung dan Mahakuasa dapat menolong kita tanpa harus kita menyimpan azimat. Tidak usah pakai susuk, untuk apa? Susuk itu katanya nama sejenis keluarga jin, iaitu Shuk-shuk. Tidak usah pula memelihara toyol untuk mendatangkan rezeki. ALLAH Maha kaya untuk menjamin makhluk-makhluknya sekalipun tanpa bantuan makhluk jin atau yang sejenisnya. Insya ALLAH orang yang bersih keyakinannya tiada yang akan dituju selain ALLAH.

Nah, Sahabat. Tiadalah yang dituju selain ALLAH, tiadalah yang diharap selain harap dari ALLAH, tiadalah yang ditakuti selain hanya ALLAH, tiadalah yang dimaksud selain ALLAH, tiadalah yang bulat mencuri hati selain ALLAH. Orang yang bersih tauhidnya, itulah yang benar akhlaknya, insya ALLAH. Sebab baik amalnya, ramah, dan dermawan orangnya tetapi dia termasuk orang yang menyekutukan ALLAH, maka dia tidak termasuk orang yang berakhak mulia. ***

RAHSIA NAFSU PEREMPUAN


Artikel ini hanya sesuai dibaca jika anda berumur lebih 18 tahun.

Tentu saja artikel yang berkaitan dengan perempuan menjadi tarikan kepada lelaki (dan perempuan), apatah lagi ia menyentuh mengenai seksologi Timur yang semakin 'hilang' ditelan zaman dan ditelan arus perdana seksologi Barat. Mudah-mudahan kehadiran artikel ini akan disambut dengan baik dan rasa gembira oleh semua warga dan para pelawat SILAKANTERPESONA.


Ini adalah artikel ilmiah, membicarakan mengenai nafsu perempuan dan bagaimana lelaki sebagai suami seharusnya mengendalikan nafsu isterinya dengan baik sebagai usaha untuk membina rumahtangga yang bahagia dan kekal ke akhir hayat. Itu fokus artikel.


Ia juga akan menyentuh perihal bagaimana seharusnya lelaki berfikir, merasa dan bertindak berkaitan dengan nafsu perempuan sekiranya mereka ini belum lagi merupakan pasangan yang sah di segi agama dan undang-undang. Saya akan mulakan dengan catatan umum mengenai nafsu perempuan menurut pengetahuan Timur.


Oleh kerana istilah nafsu ini mempunyai konotasi negatif pada ramai orang dan bagi mengelakkan persepsi negatif, dalam artikel ini saya akan gunakan istilah emosi, keperluan atau kehendak untuk itu dan hanya menggunakan istilah nafsu bila perlu saja.


Mengapa pula saya menulis mengenai Nafsu Perempuan? Ini kerana sebagai seorang suami atau bakal suami, anda perlu menangani emosi atau kehendak isteri atau bakal isteri anda dengan baik dan dengan cara yang bijaksana. Perempuan yang menjadi isteri anda itu mempunyai nisbah emosi yang lebih tinggi dari anda.


Seorang perempuan akan lebih cenderung untuk menggunakan emosinya dalam berbagai situasi dalam kehidupannya, sama ada dia masih kanak-kanak, anak dara atau sudahpun bersuami ataupun sudah tua.Emosi, keperluan atau kehendak ini secara umumnya adalah normal dan baik. Tidak wajar untuk kita katakan bahawa emosi itu jahat dan akal itu baik. Kedua-duanya ada kelebihannya yang tersendiri.


Sebenarnya emosi yang digunakan oleh perempuan dalam kehidupannya sehari-hari mempunyai kelebihan-kelebihannya yang tersendiri. Secara umum ianya adalah baik, kerana dengan inilah seorang isteri mampu mencurahkan kasih sayang dan mendidik anak-anak mereka menjadi insan yang berjaya lagi berguna.


Hakikatnya ialah perempuan itu dijadikan mempunyai dorongan emosi yang lebih kuat dan keperluan yang lebih tinggi kepada banyak perkara. Kerana itu juga lelaki sebagai suami harus memainkan peranannya membentuk dan memandu emosi perempuan agar melakukan segala perkara yang baik-baik dan ini amat bermanfaat dalam membentuk generasi yang lebih cemerlang di masa akan datang.Perempuan ibarat 'tulang rusuk kiri yang bengkok' dapat menjelaskan lagi mengenai emosi atau nafsu perempuan. Kerana itu juga, perempuan harus dilayani dengan cara yang lemah-lembut dan bijaksana.


Sekiranya anda terlalu keras dan kasar, hati perempuan akan mudah patah, dia akan menangis dan merajuk (lagi manifestasi emosi) ke tahap yang mungkin tidak dapat dipujuk lagi. Sebaliknya jika anda membiarkannya, dia akan terus 'bengkok' dan semakin lama semakin sukarlah untuk anda 'meluruskannya'. Rahsia 'meluruskan yang bengkok' ialah belaian dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.Bila saya catat belaian, itu bukan semata-mata bererti belaian di atas ranjang.


Belaian ini adalah belaian yang menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari. Belaian ini juga bukanlah hanya seperti anda membelai seekor kucing (mungkin akan merimaskan isteri anda), tapi ia bermaksud belaian kepada emosinya atau kepada nafsunya sepanjang anda berada bersamanya atau tidak berada bersamanya.Apakah bentuk manifestasi belaian itu? Paling penting ialah komunikasi yang baik dengan cara 'membelai' emosinya. Tunjukkan padanya dan katakan padanya anda pentingkan dirinya, ambil tahu tentang dirinya, sayang padanya. Contoh dialog dari anda "Sayang dah makan?" atau "Abang rasa rindu sangat kat ayang, macam setahun tak jumpa (bila anda berjauhan darinya, sebenarnya anda baru sehari berada di kejauhan..)" atau "Ayang ni semakin hari semakin mengancam".


Emosi perempuan gemar pada sesuatu yang mempunyai unsur humor atau jenaka (tapi jangan keterlaluan). Emosi perempuan juga lebih gemar jika anda bertanya atau berkata atau berjenaka dengannya mengenai keperluan asas (basic needs) seperti hal makan, hal pakaian, hal perhiasan dan make-up (pada perempuan ini keperluan asas mereka walaupun harganya mahal), hal kecantikannya, hal keperluan anak-anak dan yang seperti itu.


Cerita pemimpin ke luar negara atau bagaimana Malaysia boleh tingkatkan ekonomi bukan belaian untuk emosi perempuan.Jalan masuk kepada membelai emosi perempuan ialah telinganya. Itu adalah 'kelemahan' perempuan. Kelemahan lelaki pula ialah pada matanya. Jadi jangan hairan jika anda mudah tertarik kepada kecantikan perempuan terlebih dahulu, kemudian barulah anda berminat untuk lebih mengenalinya, menyelidik latar-belakang agamanya, statusnya dalam masyarakat dan hartanya.


Perempuan tidak mudah dibelai matanya, sebab yang dipentingkan oleh perempuan ialah budibahasa yang 'tangkap lentuk'. Kerana itu, perempuan tidak memandang pada rupa paras lelaki dan lebih tertarik kepada lelaki yang mengambil berat kepada dirinya (perempuan itu).Bagaimana dengan belaian yang sebenar? Yang ini semua lelaki tahu. Sentuh sana, usap sini, belai rambut (macam cerita Hindustan, dicampur nyanyi-nyanyi sedikit). Masalahnya ialah, hal ini dilakukan sebelum berumahtangga (ini hal yang patut dielakkan) dan dilupakan bila sudah berumahtangga (yang ini sepatutnya dilakukan setiap hari).


Walaupun ini dapat 'mencairkan' perempuan (isteri anda), namun ini saja tidak cukup jika anda tidak membelai telinganya (dengan kata-kata pujian, kata-kata yang manis dan pujuk rayu) sebab perempuan tidak begitu gemar belaian dari suami yang 'bisu' (jika benar anda bisu tidak mengapa kerana dia sudah faham).Kenapa?


Perempuan itu dijadikan dengan sifat meluahkan apa yang ada di fikirannya, itulah sebabnya perempuan lebih banyak bercakap (terutamanya bila dia marah). Lelaki pula dijadikan dengan keadaan mulutnya diletakkan di fikirannya, kerana itu lelaki selalunya banyak berfikir dan bila marah selalunya akan diam. Bila lelaki diam, perempuan berada dalam keadaan 'suspens', bila lelaki berkata-kata, perempuan akan merasa lega sebab barulah dia tahu apa yang ada dalam fikiran lelaki itu.Saya harap anda dapat menilai apa yang saya catat setakat ini.


Maka ketenangan dan kestabilan emosi (nafsu) amatlah penting bagi seseorang perempuan (isteri anda). Kerana itulah lelaki diwajibkan memberi nafkah batin kepada isterinya. Wanita mudah tergugat emosinya dan lebih mudah sampai ke tahap sukar mengawal emosinya. Bila ini berlaku, banyak hal yang buruk boleh terjadi.Nafkah batin bukan cerita ranjang semata-mata. Ia adalah keseluruhan layanan anda terhadap isteri anda.


Adakah anda melayaninya dengan baik? Antara pesanan akhir junjungan kita Rasulullah s.a.w. kepada umat kesayangan baginda ialah agar suami melayani isteri dengan baik. Semua lelaki patut sedar bahawa isterinya adalah manusia dan bukan objek seks.Mempraktikkan nafkah batin dengan baik bermula dari memahami apakah sebenarnya yang diperlukan oleh seorang perempuan. Seorang isteri mungkin rimas dengan seks tapi gembira bila anda memahami dan mementingkan kehendaknya.


Pada pendapat ramai perempuan, ramai lelaki sebenarnya mementingkan diri sendiri dan tidak faham hati perempuan. Jika anda telah melaksanakan tanggungjawab anda membelai emosinya, maka isteri anda akan melayani pula anda dengan baik, insyaAllah.


Semua lelaki patut sedar bahawa layanan yang baik seorang isteri bermula dari dirinya sendiri sebagai suami. Jika seorang lelaki menceraikan isterinya atas alasan isterinya tidak melayaninya dengan baik, mungkin ada silapnya dan mungkin berpunca dari lelaki itu sendiri yang tidak melayani isterinya dengan baik. Sebagai suami, anda akan belajar seni melayani isteri ini menerusi pengalaman (setelah tahu teorinya). Kerana itu jugalah Allah yang Maha Bijaksana meletakkan hak melafazkan cerai pada lelaki, jika hak lafaz cerai itu diberikan pada perempuan, alamatnya ramailah lelaki yang jadi duda kerana tidak pandai melayani kehendak dan keperluan (nafsu) isteri.


BERSAMBUNG NIE....

ANDALUSIA DI HUJUNG SENJA


Suatu petang, di Tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jeneral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.


Setiap banduan penjara membongkokkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu melintasi di hadapan mereka. Kerana kalau tidak, sepatu 'boot keras' milik tuan Roberto yang fanatik Kristian itu akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.


"Hai...hentikan suara jelekmu! Hentikan...!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.


Dengan marah ia menyemburkan ludahnya ke wajah tua sang tahanan yang kereput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyucuh wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala. Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat galak untuk meneriakkan kata "Rabbi, wa ana 'abduka"... Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustaz...InsyaAllah tempatmu di Syurga."


Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustaz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak marahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-kerasnya sehingga terjerembab di lantai.


"Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa hinamu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapa kami, Tuhan Jesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan 'suara-suara' yang seharusnya tidak didengari lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mahu minta maaf dan masuk agama kami."


Mendengar "khutbah" itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan yang tajam dan dingin. Ia lalu berucap,
"Sungguh...aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemahuanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."


Sejurus sahaja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah berlumuran darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto berusaha memungutnya. Namun tangan sang Ustaz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat. "Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto.


"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!"ucap sang ustaz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars seberat dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustaz yang telah lemah.


Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.


Setelah tangan tua itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya baran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung. "Ah...seperti aku pernah mengenal buku ini. Tetapi bila? Ya, aku pernah mengenal buku ini." Suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.


Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustaz yang sedang melepaskan nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu petang di masa kanak-kanaknya terjadi kekecohan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.


Beribu-ribu jiwa tak berdosa gugur di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mahu memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.


Seorang kanak- kanak laki-laki comel dan tampan, berumur sekitar tujuh tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Kanak kanak comel itu melimpahkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan kanak - kanak itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sambil menggayuti abinya. Sang anak itu berkata dengan suara parau, "Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa....? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi..."


Budak kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu apa yang harus dibuat . Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya budak itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi...Abi...Abi..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapa ketika teringat petang kelmarin bapanya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.


"Hai...siapa kamu?!" jerit segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati budak tersebut. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi..." jawabnya memohon belas kasih. "Hah...siapa namamu budak, cuba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka. "Saya Ahmad Izzah..." dia kembali menjawab dengan agak kasar. Tiba-tiba "Plak! sebuah tamparan mendarat di pipi si kecil. "Hai budak...! Wajahmu cantik tapi namamu hodoh. Aku benci namamu. Sekarang kutukar namamu dengan nama yang lebih baik. Namamu sekarang 'Adolf Roberto'...Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang buruk itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.


Budak itu mengigil ketakutan, sembari tetap menitiskan air mata. Dia hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya budak tampan itu hidup bersama mereka.


Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustaz. Ia mencari-cari sesuatu di pusat laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeria, "Abi...Abi...Abi..." Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusat.

Pemuda bengis itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas tingkah-lakunya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lupa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi... aku masih ingat alif, ba, ta, tha..." Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya. Sang ustaz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyeksanya habis-habisan kini sedang memeluknya. "Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu..." Terdengar suara Roberto meminta belas.


Sang ustaz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika setelah puluhan tahun, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, di tempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.


Sang Abi dengan susah payah masih boleh berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu," Setelah selesai berpesan sang ustaz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Asyahadu anla IllaahailAllah, wa asyahadu anna Muhammad Rasullullah...'. Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini. Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, 'Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya...

Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Benarlah mafhum firman Allah:
Maka hadapkanlah dirimu ke arah agama yang jauh dari kesesatan, (turutlah terus) agama Allah, iaitu agama yang Allah menciptakan manusia (dengan keadaan bersedia dari semulajadinya) untuk menerimanya, tidaklah patut ada sebarang perubahan pada fitrah Allah itu, itulah agama yang betul lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Surah Ar-Rum 030:30)