KERNAMU....


HANYA ingin kita berdua
dari hati jatuh ke hati


BIAR kita sahaja
yang tahu erti semua ini

IZINI terus menatap rautmu

kernanya aku bisa tenang

IZINI mendakapmu seeratnya

kerna kan dirasa getar kasihku

IZINILAH mencumbuimu sedasarnya

kerna separa nyawaku dalam nafasmu


BERDUA denganmu kudamba selalu

walau tanpa kata kita ngerti....


KERNAMU jiwaku bisa gejolak,

kernamu batinku pasti tenteram

KERNAMU malamku kesiangan

kernamu masa ku bisa terhenti


AKU rayu pada jiwamu
usah biar aku terseksa merindu.....

MEMBANGUNKAN KETAATAN DIRI


Jangan menuntut kepada Allah kerana terlambatnya permintaan yang telah engkau panjatkan kepada-Nya. Namun hendaknya engkau menghitung diri. Tuntut dirimu supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajibanmu kepada Allah.

(Ibnu Athailah)

Setiap orang pasti memiliki harapan. Namun tidak semua harapan bisa diwujudkan. Walau mungkin kita telah bersungguh berusaha atau berulang kali memanjatkan doa. Bila demikian yang terjadi apa yang salah, ikhtiarnya-kah atau doanya?


Saudaraku, sangat bijak bila kita tidak terburu-buru menyalahkan atau berburuk sangka kepada Allah, saat doa-doa kita belum terkabul. Sebab, tidak ada yang menghambat ijabahnya doa dan datangnya pertolongan Allah selain diri kita sendiri. Ada nasihat menarik dari Ibnu Athailah, Jangan menuntut Allah karena terlambatnya permintaan yang telah engkau panjatkan kepada-Nya. Namun hendaknya engkau menghitung diri. Tuntut dirimu supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajibanmu kepada Allah.

Jadi, terhambatnya pengabulan doa bukan karena Allah tidak mahu memberi. Penyebab utamanya ada pada diri kita sendiri yang tidak bersungguh-sungguh dalam memenuhi hak-hak Allah. Karena itu, kita harus mulai memuhasabah diri. Sudah benarkan ibadah kita? Sudah sepenuhnyakah pengharapan kita kepada Allah? Sudah bersungguh-sungguhkah kita dalam taat kepada Allah? Kalau belum, jangan menyalahkan siapa pun bila pertolongan Allah belum menghampiri kita.

Tegasnya, lihat ibadah kita, apakah sudah benar dan optimal. Apakah kita tergolong orang yang gemar melakukan amal-amal yang disukai Allah: mencintai masjid, menjaga solat berjemaah dan tepat waktu, tahajud, bersedekah dalam senang atau susah, gemar menolong orang, zikir setiap waktu, dan sebagainya. Bila untuk kewajiban-kewajiban utama saja kita kurang bersungguh-sungguh, maka bagaimana mungkin pertolongan Allah akan datang?

Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan hamba-Ku itu selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya, jika Aku telah mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memukul dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika ia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi. (HR Bukhari).

Menurut hadis ini kunci datangnya pertolongan Allah, kunci pembuka pintu-pintu rezeki, ilmu dan segala kebaikan, adalah ketakwaan dan kesungguhan kita melaksanakan amal-amal yang dicintai Allah. Dalam Surah Ath Thalaaq [65] ayat 2-3, Allah SWT menegaskan, Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, nescaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Saudaraku, membangun ketaatan kepada Allah dalam ibadah-ibadah fardhu dan sunat menambahi keterkaitan hati kepada-Nya adalah fondasi dasar bangunan keimanan seorang hamba. Tanpa adanya fondasi ini, tidak berguna ketinggian ilmu, kecanggihan pengurusan, tingginya ikhtiar atau melimpahnya kekayaan. Semuanya akan berujung pada bencana dan keputus-asaan.

Saudaraku, perlu ditegaskan lagi bahwa tugas kita ada tiga. Pertama, meluruskan niat. Kedua, menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, bertawakal sepenuh hati kepada Allah. Andai kita sudah melaksanakan semua itu, namun apa yang kita dapatkan belum juga sesuai keinginan, maka yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan sekecil apapun amal hamba-Nya. Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Kewajiban hanyalah berusaha dan berproses secara optimal dalam kaedah yang telah ditetapkan. Hasil sepenuhnya ada dalam genggaman Allah.

CERMIN CINTA......


(....kesinambungan dari tajuk: PERIHAL CINTA)

Berikut penulis serta soalan-soalan bagi anda mencermin cinta anda dan menilai sejauh manakah sucinya cinta anda itu. Jawablah dengan tulus ikhlas pada diri sendiri, tiada siapa yang tahu jawapannya melainkan anda juga. Selamat menjawab:-

  • Mengapakah anda bercinta?
  • Siapakah kekasih yang anda cintai? Kenapa anda cinta kepadanya?
  • Sejauh manakah anda kenal hati budinya?
  • Bagaimanakah anda buktikan cinta anda?
  • Adakah anda pasti bahawa cinta anda adalah suci? Mengapa?
  • Terfikirkah anda mungkin cinta anda itu sekadar pesona cinta dan anda akan gagal? Apakah persediaan anda?
  • Apakah kelemahan-kelemahan anda dalam aspek bercinta?
  • Apakah halangan-halangan ketika anda bercinta?
  • Pada siapakah anda bertanya atau minta pandangan tentang cinta?
  • Setakat manakah anda gembira semasa bercinta? Bila anda dapat apa yang anda mahu? Apakah yang anda mahu itu?
  • Setakat manakah anda bersedih bila hajat anda tidak dipenuhi oleh kekasih anda? Apakah hajat yang anda pinta itu?
  • Apakah anda boleh tetap setia padanya? Mengapa anda berfikir begitu.

Cinta itu perasaan jiwa semulajadi. Ia adalah fitrah yang menjadi salah satu sifat manusia. Ia wujud bila hati tertarik kepada yang dicintainya itu dengan penuh emosi dan gembira kerananya.

Dalam memenuhi keperluan untuk puas dalam cinta, kita sering sering menghadapi krisis nilai.

Insan yang mula jatuh cinta akan bersungguh untuk mencapai kepuasan dalam cinta ini. Ada yang jadi buta dan kabur nilai akibat bercinta. Tapi bagi yang bijaksana, mereka mendambakan cara yang sesuai dan mulia untuk memenuhi keperluan cintanya itu. Insan begini ingin hidup yang bersih dan nilai mulia (TAQWA), ketahuilah Cinta itu tiada bernoda.

* Sebenarnya semua persoalan di atas pernah diaju kepada saya oleh RANY MALENA

Bersambung lagi......

Dalam tajuk : APA ERTINYA CINTA???

ERTI KAMU BERDUA....


Silih berganti wajah kamu berdua

Dalam bayanganku, di birai mata

Beradu dua perasaan menggilis rasa

Tenang bersamamu, sendu hiba kerna dia


Dia kembali pada Penciptanya

Tinggali aku dalam sepi gelita

Hampir putus nyawa cintaku ini

Bermatian sendiri untuk berdiri


Hingga dirimu hadir sambut tanganku

Terpetik rasa kasih tak terhitung

Semakin hari semakin dalam kasih padamu

Bukan mahuku; tidak jua ku undang


Kamu berdua meski punya bedanya

Namun tetap di jiwaku yang satu

Yang pergi kulepaskan sepilunya

Yang datang nyalai pelita hatiku


Padamu kasih yang menjelma

Dirimu sebahagian dari hidupku

Hanya itu yang masih tersisa

Jika hilang jua...musnahlah batinku.

MENCERMIN DIRI SEADILNYA....


Dalam hidup seharian, kita sangat sering dan merasakan nikmat ketika bercermin. Kita tidak pernah bosan sekali pun. Padahal, wajah yang kita tatap itu-itu juga. Aneh bukan? Bahkan, hampir pada setiap kesempatan, kita selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Mengapa demikian? Kita ingin selalu berpenampilan baik, bahkan sempurna. Kita sangat tidak ingin terlihat mengecewakan. Apalagi kusut masai dan berantakan tidak karuan. Ini semua tidak dapat dinafikan. Penampilan adalah cermin peribadi kita.


Orang beriman yang rapi, tertib, dan bersih, maka pribadinya juga akan cenderung rapi, tertib, dan bersih. Sebaliknya, orang yang penampilannya berserabut, karakter pribadinya biasanya tidak jauh berbeda.

Tentu saja, penampilan rapi, tertib, dan bersih itu, insya Allah akan menjadi kebaikan, selama niat dan caranya benar. Apa saja niat yang benar itu? Niat agar orang lain tidak terganggu dan terkecewakan, niat agar orang lain tidak berprasangka buruk, atau juga niat agar orang lain senang dan nyaman dengan penampilan kita.

Selain itu, yang paling penting adalah, Allah suka dengan penampilan yang indah dan rapi sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal, sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan".

Hindari niat untuk menjerumuskan orang lain. Mungkin awalnya mereka akan terpesona pada penampilan kita. Akan tetapi, hujung-hujungnya hati mereka malah tergelincir dan menimbulkan penyakit. Tentu saja, dalam hal ini kita menanam saham kerana menimbulkan dosa pada orang tersebut. Na'udzhubillah.

Hal lain yang sering membuat kita terlena adalah, kita jarang berfikir bahawa selama ini kita baru sibuk bercermin "topeng" belaka. Topeng make up berupa seragam, serban, tudung atau aksesori lainnya. Tanpa disedari, kita sudah ditipu dan diperbudak "topeng" buatan sendiri.

Terkadang, kita sangat ingin agar orang lain menganggap diri ini lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Kita ingin tampak lebih pandai, lebih gagah, lebih cantik, lebih kaya, lebih soleh, lebih suci dan aneka kelebihan lainnya.

Pada akhirnya, selain harus bersusah payah agar "topeng" ini tetap melekat, kita pun akan dilanda tegang dan waswas. Mengapa? Kita sangat takut "topeng" kita akan terbuka dan orang lain tahu siapa kita sebenarnya.

Tentu saja, tindakan tersebut tidak sepenuhnya salah. Wajar saja kita menutupi aib diri sendiri. Adalah suatu kesalahan jika kita malah membuka aib diri yang selama ini telah ditutupi oleh Allah SWT.

Yang perlu selalu diingat, jangan sampai kita terlena dan tertipu oleh "topeng" sendiri. "Topeng" akan membuat kita tidak mengenal diri yang sebenarnya. Kita juga akan terkecoh oleh penampilan luar.Sebab itu, marilah kita jadikan saat bercermin adalah saat yang tidak hanya disibukkan oleh "topeng". Akan tetapi, yang terpenting adalah bagaimana isinya, yaitu diri kita sendiri.

Berdialoglah dengan diri, "Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam kotoran-kotoran yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah daun-daun yang mudah gugur? Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotaranmu?"

"Wahai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikkan? Berapa banyak aib nista yang engkau sembunyikan di balik penampilanmu ini?"

"Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersuka cita, bercengkerama di surga? Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar Jahanam, yang akan terus terasa tanpa ampun, memikul derita tiada akhir?"

Sungguh! Betapa banyak perbedaan antara yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi. Betapa yang kulihat selama ini hanyalah "topeng", hanyalah selonggok sampah busuk yang terbungkus "topeng-topeng" duniawi.

Wahai Sahabat-sahabat sekalian...! Sesungguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan menghitung diri.

LISAN YANG BERMUTU....


{Gambar di atas diambil di Maahad Az-Zein Bogor baru-baru ni, sewaktu saya bertemu As-Syeikh Nuruddin al-Banjari al-Makki}

Seseorang suatu ketika mengeluh 'Saya sudah sering sekali mendengarkan ceramah, menatap mubaligh yang menyampaikan kebenaran, dan mengkaji sendiri buku-buku tentang ajaran Islam. Akan tetapi, mengapa ketika saya menyampaikanya kepada orang lain, rasa-rasanya kata-kata ini selalu saja tidak cocok dengan yang ada di dalam kalbu? Dan yang Iebih menyedihkan lagi, mengapa kata-kata yang keluar dari lisan ini tampaknya seperti masuk ke telinga kanan keluar lagi dari telinga kiri? Sama sekali tidak menimbulkan kesan dan tidak pula berbekas di dalam fikiran maupun hati orang yang mendengarkannya."


Seandainya saja keluhan tersebut adalah yang juga kita pertanyakan selama ini, maka bisa jadi kata-kata berhikmah dari lman Ibnu Atho'illah berikut ini sebagai jawabannya. “Cahaya (nuur) para ahli hikmah (ahli ma'rifat) itu," tulisnya dalam kitab Al-Hikam,
“selalu mendahului perkataan mereka. Karenanya, manakala telah mendapat penerangan dari cahaya tersebut maka sampailah kalimat yang mereka ucapkan itu."

Kalimat Ibnu Atho'illah di atas dapat diertikan, bahawa orang-orang yang telah mengenal Allah dengan baik selalu sadar bahwa kebenaran itu milik Allah. Akibatnya, kalau mau mengucapkan sesuatu, selalu hatinya terlebih dahulu berlindung kepada. Allah dari tipu daya syaitan dan memohon kepada-Nya agar lidahnya dapat menjadi jalan kebenaran.

Hal seperti inilah yang mungkin jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Biasanya kalau kita ingin menyampaikan sesuatu kepada orang orang lain, kita akan sangat sibuk merekacipta kata-kata yang akan diucapkan. Jarang kita lakukan ketika ingin berbicara, sibuk meminta pertolongan kepada Allah Azza wa JaIla. Padahal, yang mengetahui kebenaran hanyalah Allah. Benar menurut kita belum tentu benar menurut Allah.

Oleh karena itu, ketika kita menghadapi persoalan seperti disebutkan di atas, maka ada beberapa hal yang mesti kita pertanyakan kepada diri sendiri.

Pertama, ketika kita akan menyampaikan suatu kebenaran, pernahkah kita memohon pertolongan kepada Allah agar lisan ini dituntun dan dilindungi, sehingga mengandung hikmah? Kalau belum, maka mungkin inilah penyebab mengapa kata-kata yang kita ucapkan, meski tak lepas dari dalil Al-Ouran dan Hadits, tetapi tidak pernah mengena dan menyentuh kalbu yang mendengarkannya.

Kedua, sebagaimana kata Ibnu Atho'illah sendiri, 'Tiap-tiap kalimat yang keluar pasti membawa corak bentuk hati (dari orang) yang mengeluarkannya." Teko hanya mengeluarkan isinya. Bila di dalamnya berisi air kopi, maka yang dikeluarkannya pasti air kopi. Sebaliknya, bila teko tersebut berisi air bening dan jernih, maka pastilah yang dikeluarkannya pun air yang bening dan jernih pula.

Mengapa kata-kata yang kita ucapkan kadang-kadang kurang meresap? Mungkin pertanyaan yang harus segera kita ajukan terhadap hati kita sendiri adalah: ikhlaskah kita menyampaikannya? Kalau hati ini sudah kurang keikhlasannya yang mendengarkan ikhlas, tetapi yang berbicara kurang ikhlas, maka hampir dapat dipastikan kata-kata kita tidak akan memiliki kemanfaatan.

Di antara faktor penyebab mengapa kata-kata kita kurang mampu menyentuh kalbu adalah kerana kata-kata yang menyentuh kalbu itu bukanlah hasil rekacipta fikiran dan bukan pula buah rekaan lisan, melainkan wujud dari penataan dan kejernihan hati. Semakin hati kita terus menerus diusahakan ikhlas, tulus, dan penuh kasih sayang, maka kata-kata pun nescaya akan semakin memilki kekuatan menembus hati orang yang mendengarkannya.

Sibuknya kita mengatur kata-kata, peribahasa, ataupun ungkapan-ungkapan yang indah-indah, tetapi kalau tidak bersumber dari hati yang jernih dan bening, maka hanya manis didengar telinga, namun sekali-kali tidak akan pernah menyentuh kalbu.

Jadi, mengapa kata-kata yang keluar dari mulut ini sudah begitu enak tetapi orang masih belum berubah juga? Jawabnya, mungkin karena kita terlalu sibuk mengatur fikiran dan lisan, tetapi tidak sibuk mengatur hati. Padahal, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Belum dinamakan lurus keimanan seseorang itu, sehingga lurus pula hatinya dan belum juga dinamakan lurus hatinya itu, sehingga luruslah lisannya ..." (H.R. Ibnu Abiddunya dan Kharaiti)

Oleh sebab itu, tidak usah heran orang orang yang bijak bestari dan mulia kalau berbicara, kata-katanya sedikit namun mempunyai kekuatan yang besar. Kunci kekuatan kata-kata mereka tiada lain adalah hati yang ikhlas. Kerana, bila yang berbicara ikhlas dan yang mendengarkannya pun ikhlas, maka tak ubahnya laksana gelombang radio FM, suaranya akan enak terasa di telinga dan lazat pula terasa di hati.

Syeikh Ahmad Yasin adalah seorang ulama karismatik dan mujahid besar yang sangat berpengaruh di kalangan kaum Muslimin dan pejuang Palestina. Siapakah Ahmad Yasin?Ternyata beliau secara syariat hanyalah seorang tua yang sekujur tubuhnya lumpuh, kecuali bagian kepala, akibat sebuah kecelakaan yang dialaminya dalam sebuah latihan perkemahan ketika aktif dalam organisasi Ikhwanul Muslimin, yang didirikan oleh Imam Hasan Al-Banna di Mesir.

Akan tetapi, siapa pun akan merasa amat tajub dan terkagum-kagum bila mendengar bahawa beliau ternyata adalah tokoh penggerak lntifadah, sebuah gerakan perjuangan jihad melawan tentara Yahudi Israel. Tak hanya para orang tua, tetapi juga para remaja dan anak-anak turun ke jalan-jalan dengan senjata apa saja yang ada di tangan: lastik, batu-batuan, roti yang dibakar , dan lain sebagainya. Tanpa rasa takut dan bahkan dengan teriakan teriakan "Allaahu Akbar" mereka maju dan berlarian menyerang tenteraYahudi yang bersenjata lengkap.

Syeikh Ahmad Yasin juga adalah ulama pendiri Hamas (Harakah al Muqawanah al-Islamiyah, Gerakan Perlawanan Islam) yang beranggotakan para mujahidin militan Palestina. Gerakan ini merupakan kekuatan utama dan kelompok mujahid paling berpengaruh serta mengakar di daerah Teo Barat dan Jalur Gaza, yang merupakan wilayah pendudukan Israel.

Masya Allah! Secara syariat apalah artinya seorang Ahmad Yasin yang tubuhnya lumpuh total. Akan tetapi, kecerdasan otaknya, kekuatan imannya, ketajaman lisannya, dan yang terutama sekali keikhlasan hatinya demi menegakkan daulah Isiamiyah di bumi Palestina, telah mampu menggerakkan dan mengobarkan semangat dan kesadaran berpuluh ribu warga Muslim Palestina untuk berjihad di jalan Allah melawan kaum kuffar Yahudi.

Kuncinya, sekali lagi, ternyata hati yang ikhlas, sehingga lisan ini menjadi sangat bermutu dan mempunyai kemanfaatan yang amat mengesankan.

Kerananya, ketika seseorang datang kepada ulama ahli hikmah bernama Muhammad bin Wasi, lalu berkeluh kesah, "Mengapa hati orang-orang sekarang sepertinya tidak lagi mampu khusyuk dan air mata pun tak lagi bisa bercucuran manakala sedang berdoa, menyimak taushiyah, ataupun mendengarkan ayat-ayat AI-Quran dibacakan?", Muhammad bin Wasi tanpa ragu menjawab, "Kemungkinan yang dernikian itu bermula dari engkau sendiri sebab bila nasihatmu keluar dari hati yang ikhlas, nescaya akan masuk ke dalam hati orang yang mendengarkannya. Sebalikinya, nasihati yang hanya berupa gubahan lidah dan buah rekaan fikiran belaka, maka ia akan masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri."

Walhasil, siapa pun yang sangat merindukan dapat tersampaikannya kebenaran dari Allah dan dapat tersemainya nilai-nilai luhur ajaran Islam di deria setiap manusia, sehingga Islam benar-benar dapat dirasakan sebagai rahmatan lil 'alamin, maka tidak bisa tidak harus selalu merenungkan setiap kata-kata nasihati yang pernah atau akan terlontar dari lisannya, dengan satu pertanyaan saja, "Apakah hati saya sudah ikhlas menyampaikannya?" Kerana, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata-kata yang baik atau diam!" (H.R. Bukhari-Muslim)."(*)

PERIHAL CINTA



{Istimewa buat cinta kasihku RANY MALENA kerana bersabar ketika aku baru belajar bercinta}

Bijakpandai yang cuba untuk menjelaskan cinta

akan tersangkut di lumpur bagaikan seekor keldai.

Hanya cinta yang mampu menjelaskan cinta dan tingkah cinta

~ Jalaludin Ar-Rumi ~

Cinta adalah satu nikmat yang amat manis dan indah. Semua kata-kata yang ada ada tidaklah seindah cinta, walaupun ramai pujangga ghairah dan megah berpuisi tentang cinta; walaupun tanpa hentinya para bijak laksana mencatat perihal cinta dari segi fantasianya dan realitinya.

Jiwa manusia manakah yang tidak terbuai oleh cinta dan memori cinta. Malah, mungkin memori cinta lebih indah daripada cinta itu sendiri. Ramai pujangga yang terkenal disebut-sebut kerana puisi cinta yang mereka karya. Ramai penulis yang meletup bukunya kerana menulis perihal kisah cinta. Banyak lagu-lagu yang dicipta dan didendangkan menjadi amat laris keranan senikatanya menyentuh perihal cinta makhluk yang bernama manusia dan betapa indahnya cinta itu.

Yang muda atau tua, masing-masing mengelamun bila terdengar lagu-lagu cinta. Mereka merasa seolah-olah yang dikatakan lewat senikata lagu itu adalah diri mereka sendiri. Jiwa mereka terusik bila cinta disebut. Jiwa merasa terketar bila kecewa cinta disebut. Sesungguhnya cinta bisa membawa kenangan yang berbunga-bunga juga memeori yang berliku-liku.

Mengapakah cinta begitu mengusik hati manusia. Tentulah cinta itu hebat sifatnya bagai seorang gadis atau pria yang terindah zahir batinnya. Tentulah cinta itu tidak hanya manja seperti kucing jantan atau kucing betina. Tentulah cinta itu sempurna sifatnya persis kesempurnaan kejadian manusia. Jika tidak, manusia tidaklah begitu terusik kerananya.

Ramai manusia menjadi gembira dan bahagia tidak terhingga kerana disapa cinta.Ramai pula yang merana sengsara akibat diratah dimamah cinta. Ramai pula yang dianggap gila bila sudah hanyut dibawa arus cinta atau telah diheret ke belantara oleh cinta yang buta.

Pun begitu, ramai pula manusia yang merasa tenang bila mengalami cinta dan memanifestasikannta. Cinta itu padanya adalah realitu, bukan fantasi. Mereka tahu bahawa cinta itu telah ada dalam diri mereka, dan mereka tidak perlu kelam kabut mencari cinta. Mereka tahu, kehidupan adalah cinta. Mereka berkenal, berkasih lalu berumahtangga dalam suasana penuh bahagia. Semua yang mereka lakukan adalah cinta dan mereka mati dalam cinta. Kebahagiaan mereka lebih bermakna dari insan lain yang dibuai oleh fantasi cinta.

Maka apakah cinta itu sebenarnya?

Ramai manusia hanya tahu berkata ”Aku cinta padamu”, tapi tahukah mereka apakah yang dikatakan itu? Jika anda tidak mampu untuk mengenal cinta dan menilainnya, maka yang kita katakan tentang cinta itu murah harganya.

Persoalan cinta perlulah diperkatakan dari sudut cinta itu sendiri. Tiada yang lain mampu menjelaskan cinta selain cinta. Dan kita perlu faham bahawa sebenarnya cinta itu luas, seluas kehidupan ini. Jika kita cinta kepada kekasih tetapi tidak cinta kepada kepada ibubapa, itu bukannya cinta yang luhur lagi sejati.

Begitulah kompleksnya persoalan cinta. Komplesiti ini ditambah lagi oleh mereka yang kabur tentang kehidupan dan cinta tetapi mahu berbicara tentang cinta. Fatamorgana cinta dikatanya sebagai cinta tulen. Khayalan cinta disebutnya sebagai realitu cinta. Malah, pesona cinta dinamakan sebagai cinta. Ramai pula yang mewarna cinta putih dan menyatakan itulah cinta. Mereka mewarnakan cinta putih itu demngan gelora nafsu dan hambatan syawat, lantas menjadikan cinta itu bernoda.

Cinta yang pada zahirnya amat menawan sukma, tapi pada hakikatnya cinta ini tidak bermakna. Ia hanya fatamorgana cinta. Inilah cinta yang dikatakan buta dan kejam segala. Memamah sukma menjadi benci tapi rindu, gelora tapi duka nestapa. Mungkin itulah sifat cinta kita, tanpa kita sedari.....

Ada pula yang menyatakan bahawa cinta itu buta dan tidak kenal dosa dan noda. Mereka menyatakan bahawa cinta itu lebih tinggi dari segala peraturan. Mereka mendabik dada seolah-olah merekalah yang sudah ketemu makna sebenar cinta, padahal mereka telah mencipta cinta yang berdosa.

Itulah sebabnya ada bijakpandai yang menyatakan bahawa cinta itu sukar diberi erti, apatah lagi untuk difahami oleh yang tidak mampu memberi erti. Sesungguhnya, cinta perlu didefinasikan semula dan perlu dicari apakah dia cinta sebenar cinta. Jika tidak, kita seolah-olah mengejar fatamorgana di padang pasir.

Persoalan cinta sebenarnya tidak boleh dipisahkan dari agama dan tatasusila. Islam sebagai cara hidup yang lengkap telah menggariskan tentang cinta dan sempadan-sempadannya. Islam telah mengajarkan apakah itu cinta syahdu, atau cinta putih, atau cinta tulus, atau cinta suci, atau apa saja yang dinamai cinta sebenar cinta itu. Dalam Islam, kerana ALLAH kita cinta dan kita cinta kerana ALLAH. Cinta sebenar cinta itu mendapat cop mohor dari-NYA, dan mendapat pengiktirafan-NYA. Jika tidak, maka cinta itu hanyalah pesona cinta semata.

Namun begitu, manusia nampaknya tidak berminat mencari makna cinta sebenar cinta dari sumber agama dan moral. Mereka lebih suka mendapatkan er4ti cinta dari novel-novel remaja, atau majalah-majalah. Atau membaca cerpin atau kisah benar mengenai cinta dan pesonanya. Natijahnya, cinta semakin menjadikan manusia terpinga-pingga.

Jika anda bercinta, maka manifestasikan ia dengan sebersih-bersihnya, kerana kebahagiaan itu terbit dari yang bersih, yang suci. Semoga dengan itu, anda bercinta dan mendapat kejayaan yang abadi hasil cinta yang sejati.

“Yang paling kukuh keimanan ialah bersahabat kerana ALLAH, bermusuhan kerana ALLAH, cinta kerana ALLAH dan membenci kerana ALLAH”

~ Hadis Riwayat Tabrani dari Ibnu Abbas r.a ~

Bersambung.....

dalam tajuk : Cermin Cinta

MONOLOG SEORANG SAHABAT....


Sukar untuk dikenali, sukar sekali untuk mengetahui sama ada kau sebenarnya adalah sahabatku atau sekadar kawan. Kadang-kadang aku tersilap fikir, tersalah menafsir dan beranggapan yang kau boleh jadi kawan di pagi yang hening dan sahabatku di petang yang memukau, mungkin sahabat di waktu malam tapi boleh jadi kawan di pagi hari. Kiranya aku adalah kawanmu, sudah pasti namaku kau ketahui dan kau lihat berkali-kali, yang denganku kau mungkin miliki persamaan, dan kau berasa gembira bersamaku. Aku adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan denganku kau bergurau. Namun kau tidak akan memberikan hidupmu kepada aku kerana kadang kala tindakan-tindakan aku tidak dimengerti kerana kau kurang mengenaliku.

Sebaliknya, jika kau sahabatku, kau harus mencintaiku - bukan kerana kau jatuh cinta padaku, namun kau mengambil berat tentang diriku, dan kau memikirkanku ketika aku tiada di sisimu. Aku adalah orang yang kau ingat ketika kau melihat sesuatu yang aku sukai kerana kau amat mengenali aku. Aku adalah orang yang gambarku kau miliki dan wajahku selalu di dalam benakmu. Aku adalah orang yang kau lihat dalam fikiranmu ketika kau mendengar lagu kerana aku membuat dirimu berdiri untuk menghampiriku, mungkin aku pernah memijak jari kakimu atau sekadar menempatkan kepala aku di bahumu.

Aku adalah orang yang kau merasa tenang kerana kau tahu aku mengambil berat terhadapmu. Aku menelefon hanya untuk mengetahui apa khabarmu, kerana aku sesungguhnya tidak mengharapkan suatu alasan pun.


Aku berkata benar - pertama kali - dan kau melakukan hal yang sama. Kau tahu bahawa jika kau memiliki masalah, aku akan bersedia mendengar. Aku adalah orang yang tidak akan mentertawakanmu atau menyakitimu, dan jika aku benar-benar menyakitimu, aku akan berusaha keras untuk memperbaikinya.

Aku adalah orang yang kau cintai dengan sedar atau tidak. Aku adalah orang dengan siapa kau menangis. Aku adalah orang yang pada saat kau peluk, kau tak akan berfikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri. Mungkin aku adalah orang yang memegang cincin pernikahanmu, atau orang yang menghantarkan atau mengiringmu pada saat pernikahanmu, .. siapa tahu??...

SURAT CINTA TERAKHIR YANG TAK KESAMPAIAN


RANY MALENA,
mungkin aku memang tak romantis, tapi siapa peduli kerana biarpun kau telah mengenalku dan memang tak perlu mengenalku. bagiku kau bukan bunga, tak mampu aku samakan kau dengan bunga-bunga terindah dan terharum sekalipun. bagiku manusia adalah makhluk terindah, tersempurna, tertinggi. bagiku dirimu salah satu manusia terindah, tersempurna, tertinggi kerananya kau tak memerlukan persamaan.

RANY MALENA,
jangan pernah kau biarkan aku menatapmu penuh, kerana itu akan membuatku mengingatmu. bererti memenuhi kepalaku dengan inginkanmu. berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku. membuatku inginkanmu sepenuh hati, seluruh jiwa, sesemangat mentari. kasihani dirimu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh dengan lumpur, dirimu terlalu suci.

RANY MALENA,
berdua menghabiskan waktu denganmu bagaikan mimpi tak berujung, ada ingin tapi tak ada henti. menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun tak pernah berani kusentuh. jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku kerana sucimu, indahmu kau pertaruhkan. mungkin kau tak peduli, tapi kau hanya akan menjadi wanita biasa dihadapanku bila kau kalah, tak lebih dari wanita biasa.

RANY MALENA,
jangan pernah kau tatapku penuh, bahkan kau tak perlu lirikkan matamu untuk melihatku. bukan karena aku terlalu indah, tapi karena aku seorang manipulasi. aku biasa memakaikan topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas, meniru laku para rahib, meski hatiku lebih kotor dari kubangan lumpur. Kau memang suci, tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi kerana kau hanya manusia, hanya wanita, meskipun kau wanita suci.

RANY MALENA,
beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci yang dengan sepenuh diri bawamu pada Tuhan. Untuknya dirimu ada, itu kata otakku, terukir dalam kitab suci, tak perlu pikir lagi. tunggu sang lelaki suci menjemputmu dalam rangkaian khitbah dan akad. atau kejar sang lelaki suci, itu adalah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah. jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci.

RANY MALENA,
bariskan harapmu pada istiqarah sepenuh erti ikhlas. relakan Tuhan pilihkan lelaki suci bagimu, mungkin sekarang atau nanti, bahkan mungkin tak ada sampai kau mati. mungkin itu bererti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di alam permainan saat ini. mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu yang kau bangun dengan seluruh kekhusyu'an ibadah.

RANY MALENA,
pilihan Tuhan tak selalu seindah inginmu, tapi itulah pilihanNya. tak ada yang lebih baik dari pilihan Tuhan. mungkin kebaikan itu bukan pada lelaki terpilih itu, melainkan pada jalan yang kau pilih, seperti kisah seorang wanita suci dimasa lalu yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahan. Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan sang Kekasih Tertinggi, Kekasih tempat kita (seharusnya) memberi semua cinta dan menerima cinta yang tak terhingga dalam tiap detik hidup kita.

mencintai Allah adalah sebuah kurnia yang tak ternilai harganya.

sekian, untukmu pelita hatiku.

SURAT BUATMU SAHABATKU....


assalamualaikum wr. wb.
apa khabar?

saat kutulis surat ini, kubiarkan bayangan para sahabatku sesekali terlintas di depan wajahku. ingin kutulis semuanya kata hati ini. namun tak satu potongpun bisa kusampaikan langsung pada kalian, sahabatku,ketika tidak mungkin lagi aku menemui kalian kecuali hanya di lua
r bayangan yang ada di birai mataku sendiri.

aku harus berhenti sejenak dari perjalanan hidup ini, perjalananku itu menemukan apa yang berharga dari hidup. kerana tiba-tiba ada yang terasa begitu dekat dan indah, merebak di fikiran dan menambah debar dada iaitu dengan kehadiran sahabatku. Ada masa tertentu aku tetap saja dalam pertanyaan-pertanyaan yang harus a
ku jawab sendiri tentang sahabatku, Kekadang aku terfikir apakah adanya diriku tidak punya erti apa-apa lagi buatmu, Sedangkan aku tetap bertahan seperti yang sering kurasakan terlalu indah kubayangkan (persahabatan selamanya). Namun kemudian aku merasa begitu tolol menafsirkan semuanya itu, kerana ianya tidak akan pernah selesai dengan kalimat-kalimat pendek dengan satu kesimpulan.

Kita tak punya cukup kekuatan mempertahankan mimpi yang indah ini terus menerus; pun kalau ada maka waktu kita tak akan cukup. kita bahkan kehabisan kata, lalu sesekali akan terucap bahwa kita mungkin "nonsens". Apa yang aku tahu - aku tidak bisa bertahan pada batas mimpi dan kenyataan. tak ada ruang, untuk menggambarkan rindu yang terlukis, memanggilmu untuk mewarnainya.

Bukankah kita sering mudah lupa dan lantas kemudiannya memaafkan? Oh tidak! barangkali kali ini bahkan tidak ada maaf. Seringkali gemerlap fikiranmu atau bayanganmu, membuatku mesti berhenti sejenak, sekadar menyeka peluh. betapa ternyata bodohnya aku melakukan apa yang sering aku tertawakan sendiri,
Tidak semua hal memang bisa dijelaskan dengan sempurna: kenapa atau bagaimana. kadangkala tetap saja tinggal seperti itu, Apa adanya. Seperti halnya persahabatan kita.

Kenapa setiap fikiran tentangmu singgah membenturi kepala, Aku selalu bilang sendiri, ah...semuanya akan baik-baik saja. dan aku lihat semuanya jadi begitu manis, terlalu mengesankan untuk begitu saja dilewatkan. aku senang bahwa itu semua sahabatku. tapi tentu aku akan lebih bahagia, kalau itu hadir dari rasa syukur yang tak putus-putusnya padaNya. ini bukan ungkapan formal. kalau saja mampu kukirimkan potongan kebahagiaan ke setiap orang yang aku cintai.
kalau saja ada sebuah ruang tanpa batas dimana rindu, persahabatan dan cinta bisa menggema sempurna, barangkali tak akan ada yang begini pahit, atau serasa percuma saja. meski kita semua tak ada disana.

aku tahu ini cuma sepenggal perjalanan panjang yang mesti kita lewati. setiap orang sedang menuju ke suatu tempat dengan caranya masing-masing. pada tiap penggalan kita susun jadi bilik di sudut hati tempat kita mengais-ngais hikmah. tidak ada yang salah dengan semua yang serba sederhana kita fahami, semua yang nampak percuma tapi bermakna. kebersamaan yang kita lewati itulah perasaan luar yang aku rasa, adalah bentuk ketakjuban pada sesuatu diluar kita, something we felt beyond ourself. orang bijak bilang, Perlu lebih banyak ketulusan dan kerendahan hati untuk mengapainya. jadi? adakah yang lantas luar biasa yang harus aku kenali kalian ? dan kita memahaminya meski tanpa diucapkan.

semoga Allah selalu membimbing kita tuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat dengan jalan yang diredhoi. salam sayangku untuk semua sahabat dan seorang sahabat terkasih di hati.

wassalamualakum wr. wb.

REDHA NAMUN HIBA....


Wahai tuhan…

engkau tahu aku amat mengasihi dia

engkau pasti tahu aku terlalu menyayangi dia

engkau maha tahu niat mulus kami berdua

tapi mengapa engkau ambil dia dari hidupku?

mengapalah kami dipisahkan sebegini rupa?


Ku batasi diri dengan segenap laranganMU

Ku junjung segala titahMU sedanya

Demi mengharap redhaMU dalam ikatan kami

Tapi aku benar benar jadi tidak mengerti

Antara murkaMu dan kasih sayangMU


Tuhan…

Inikah ujian atas agamaku?

Inikah dugaan atas ilmuku?

Inikah cubaan atas keyakinanku?

Atau inikah bukti cintaMu padaku?


Tuntuni diri hambaMU ini meniti kepastian

Moga tak tergugah harapanku padaMU

Moga tak terselinap musuh dalam lelahku

Untuk menoktahkan rasa ingatanku padaMU

JIKA IA CINTA.... (biarlah gambar berkata)











































SAKIT MEMBAWA NIKMAT


Sungguh kasihan orang yang kurang iman dan ilmu. Hari demi
hari yang dilalui di dunia ini selalu diliputi kesengsaraan
yang datang silih berganti. Cemas dan gelisah merupakan
indikasi hati yang jauh dari ketenteraman, yang membuat
nikmat yang ada tidak lagi dirasakan sebagai nikmat.
Begitu banyak hal yang tidak diinginkan tiba-tiba datang
menimpa. Karena belum tahu ilmunya, perasaan pun semakin
tertekan dan pasti ujungnya berupa penderitaan.


Di antara hal yang paling umum diberikan kepada manusia
adalah saat-saat ditimpa penyakit. Sebagian besar manusia
ketika ditimpa penyakit biasanya jatuh mengeluh. Tubuh
longlai, wajah pun muram , pudar cahayanya. Padahal
semakin banyak mengeluh, semakin terasa penderitaannya.
Semakin terasa kerana hati tidak mau menerima musibah ini.
Maka, perasaan pun menjadi tertekan dan gelisah.
Yang paling mencelakakan dan kian menambah kesengsaraan
adalah pikiran yang tidak terkuasai dengan baik. Biasanya
menerawang jauh serta sebagian besar yang dipikirkan di-
persulit dan dikembangkan semakin parah dan menegangkan.


Orang yang terkena gejala tumor, misalnya, akan menjadi
sengsara jika yang menjadi buah pikirannya sesuatu yang
jauh lebih mengerikan daripada kondisi yang sebenarnya.
Ah, jangan-jangan tumor tahap kritikal. Bagaimana kalau merebakke seluruh tubuh, sehingga harus dibedah ? Lalu,bagaimana kalau pembedahannya gagal ? Belum lagi biayanya yang pasti sangat besar. Wah, bagaimana ya ?
Akibatnya, jelas orang itu akan jauh lebih menderita dibanding penderitaan yang sebenarnya.


Semua itu terjadi kerana kesalahan berfikir. Belum faham
terhadap hikmah penyakit yang menimpanya, sehingga salah
dalam menghadapinya. Hasilnya rugi di dunia dan di akhirat.
Kondisi dan sikap mental semacam ini harus segera kita
atasi. Kita harus senantiasa sihat kerana hanya dengan
kesehatanlah gerak hidup ini menjadi lancar. Kalaupun
tubuh memang harus sakit, maka hati kita harus benar-benar
tetap berfungsi dengan baik.


Bagaimana cara menghadapinya?

Pertama, yakinilah bahwa selama hidup di dunia ini pasti
akan dipergilirkan aneka musibah. Sebagaimana firman Allah
Azza wa Jalla ,

"Dan sungguh akan Kami berikan
cubaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, ke-
kurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar."

(QS Al Baqarah [2] : 155)


Kedua, yakinlah bahwa segalanya milik Allah. Sebagaimana
firman-Nya,

"Ketahuilah, sesungguhnya kepunyaan
Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang) dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu."

(QS An Nuur [24] :64)


Memang, jagad raya alam semesta berikut isinya ini benar-benar
mutlak milik Allah, Dia-lah yang Menciptakan, Mengatur, dan
Mengurusnya setiap saat. Sedangkan kita, jangankan membuat,
menggambarnya saja sudah tidak mampu. Bahkan, untuk tubuh
ini saja, jangankan bisa mengurusnya, tahu isinya pun tidak.
Sekali lagi, semuanya mutlak milik-Nya. Dan Allah berbuat
apa saja yang Dia kehendaki, tanpa dapat dicegah, atau di halangi
siapapun.


Dalam hal ini Allah berfirman,

”Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu,
maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia.
Dan jika Allah mengkhendaki kebaikan bagimu,
maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya.
Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dia-lah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

(QS Yunus [10] : 107)

Begitupun kalau Allah telah mengkhendaki tubuh ini sakit,
ya wajar saja kerana memang milik-Nya. Mengapa kita harus
riasau memikirkan, kecewa, atau protes ? Ibarat seseorang menitipkan baju miliknya kepada kita, kalau suatu saat diambil kembali, mengapa kita harus keberatan ? Tidaklah layak kita berbuat seperti itu.


Seharusnya kita memilih untuk redha saja dalam menerima apa
yang telah terjadi. Segala kekecewaan, penyesalan, dan keluh
kesah, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Sekiranya
ada air tumpah dari gelas, apa perlunya kita menangis sedih,
menyesali, dan mengeluhkan air yang sudah menyerap ke dalam
tanah ? Sungguh semua itu merupakan perbuatan sia-sia yang
hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan fikiran. Lebih baik
kita kerahkan segenap tenaga, pikiran, dan waktu tersebut
untuk mencari air yang lain lagi.


Ketiga, yakinilah bahawa Allah itu Mahabijaksana dalam menentukan segala-galanya. Dia Mahatahu akan keadaan tubuh kita kerana memang Dia yang membuat dan yang mengurusnya. Mahasuci Allah dari segala perbuatan zaalim. Semua yang ditimpakan kepada makhluk-Nya sudah diukur dengan sempurna. Teramat mustahil akan overdose. Allah berfirman,

"Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan mendapat seksa dari kejahatan yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolongkami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
(QS Al Baqarah [2] :286)


Jadi, Allah memang tidak akan membebani seseorang, kecuali
sesuai dengan kemampuannya. Dia Mahatahu segala-galanya.
Maka, Dia pun tahu Mahatahu akan kemampuan maksima kita
menahan sakit. Dia Mahatahu biaya yang dikeluarkan dan Dia
pun Mahatahu akan keadaan ekonomi kita. Dia Mahatahu segala
kesan yang akan terjadi pada masa depan kita dengan adanya
penyakit ini. Pokoknya, Dia Mahatahu segala awal dan akhir
dari musibah yang memang sudah diukur-Nya dengan penuh kasih dan sayang.


Oleh itu, wahai hamba-hamba Allah, hentikanlah mem-
bebani pikiran dan berburuk sangka kepada-Nya. Lebih baik
kita kerahkan segala potensi yang ada untuk berusaha memahami
hikmah di balik semua kejadian ini.


Sahabat, bila kita telah memahami hikmahnya, maka ternyata
sakit itu adalah suatu takdir yang sangat menguntungkan karena
akan menggugurkan dosa-dosa kita. Bukankah kita selalu me-
rindukan ampunan-Nya ? Inilah salah satu bentuk pengabulan keinginan kita itu.


Rasulullah SAW bersabda,

"Ketika seseorang ditimpa penderitaan(sakit), maka Allah mengutus dua orang malaikat kepadanya. Dia berfirman, 'Dengarkanlah apa kata hamba-Ku ketika ditengok orang-orang.' Jika ia mengucapkan Alhamdulillah, maka Allah berfirman kepada dua malaikat tersebut, 'Sampaikanlah kepadanya, jika Aku mematikannya akibat penyakitnya, maka pasti masuk syurga, dan jika ia Aku sembuhkan, maka pasti daging dan darahnya diganti dengan yang lebih baik daripada asalnya, serta kujadikan penderitaan (penyakitnya) sebagai penebus dosa-dosanya.” (HR Al Faqih)


Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, "Rintihan orang yang sakit
ditulis sebagai tasbih, jeritannya sebagai tahlil, bernafasnya
sedekah, tidurnya adalah ibadah, dan berbolak-baliknya ketika
tidur seperti perang sabil. Dan ditulis pula baginya sebaik-baik
amal yang biasanya ia lakukan di waktu sihatnya."


Adapun hikmah lainnya adalah bahawa sakit dapat dijadikan sebagai ladang tafakkur. Betapa tidak ? Dengan sakit, kita dapat terhindar dari kemaksiatan, yang besar kemungkinan akan dilakukan jika kita dalam keadaan sihat. Kita menjadi insaf, betapa penting dan mahalnya harga kesihatan yang biasanya disia-siakan ketika Allah sedang menyihatkan kita.


Selain itu, sakit pun ternyata merupakan jalan rezeki bagi para
dokter dan petugas kesihatan, yang sekaligus menjadi ladang amal soleh sekiranya mereka ini ikhlas. Sedangkan bagi kita mencari obat penyembuh tersebut nescaya menjadi ladang pahala ikhtiar. Soal sembuh atau tidak, serahkanlah sepenuhnya pada qudrah dan iradah Allah. Insya’Allah pahala ikhtiar itu akan didapatkan sepanjang ikhtiar yang dilakukannya sesuai dengan kehendak dan ketentuan-Nya.


Semoga Allah yang benar-benar sedang Menyaksikan dan Menguasai setiap getaran hati pada diri hamba-hamba pilihan-Nya, senantiasa menjaga, melindungi, serta memelihara kita dari prasangka buruk terhadap ketentuan-Nya. Lebih dari itu, kita diberi-Nya kekuatan untuk mampu menikmati dengan penuh kegembiraan atassegala ketentuan yang Dia tetapkan pada kita. *****