Sungguh kasihan orang yang kurang iman dan ilmu. Hari demi
hari yang dilalui di dunia ini selalu diliputi kesengsaraan
yang datang silih berganti. Cemas dan gelisah merupakan
indikasi hati yang jauh dari ketenteraman, yang membuat
nikmat yang ada tidak lagi dirasakan sebagai nikmat.
Begitu banyak hal yang tidak diinginkan tiba-tiba datang
menimpa. Karena belum tahu ilmunya, perasaan pun semakin
tertekan dan pasti ujungnya berupa penderitaan.
Di antara hal yang paling umum diberikan kepada manusia
adalah saat-saat ditimpa penyakit. Sebagian besar manusia
ketika ditimpa penyakit biasanya jatuh mengeluh. Tubuh
longlai, wajah pun muram , pudar cahayanya. Padahal
semakin banyak mengeluh, semakin terasa penderitaannya.
Semakin terasa kerana hati tidak mau menerima musibah ini.
Maka, perasaan pun menjadi tertekan dan gelisah.
Yang paling mencelakakan dan kian menambah kesengsaraan
adalah pikiran yang tidak terkuasai dengan baik. Biasanya
menerawang jauh serta sebagian besar yang dipikirkan di-
persulit dan dikembangkan semakin parah dan menegangkan.
Orang yang terkena gejala tumor, misalnya, akan menjadi
sengsara jika yang menjadi buah pikirannya sesuatu yang
jauh lebih mengerikan daripada kondisi yang sebenarnya.
Ah, jangan-jangan tumor tahap kritikal. Bagaimana kalau merebakke seluruh tubuh, sehingga harus dibedah ? Lalu,bagaimana kalau pembedahannya gagal ? Belum lagi biayanya yang pasti sangat besar. Wah, bagaimana ya ? Akibatnya, jelas orang itu akan jauh lebih menderita dibanding penderitaan yang sebenarnya.
Semua itu terjadi kerana kesalahan berfikir. Belum faham
terhadap hikmah penyakit yang menimpanya, sehingga salah
dalam menghadapinya. Hasilnya rugi di dunia dan di akhirat.
Kondisi dan sikap mental semacam ini harus segera kita
atasi. Kita harus senantiasa sihat kerana hanya dengan
kesehatanlah gerak hidup ini menjadi lancar. Kalaupun
tubuh memang harus sakit, maka hati kita harus benar-benar
tetap berfungsi dengan baik.
Bagaimana cara menghadapinya?
Pertama, yakinilah bahwa selama hidup di dunia ini pasti
akan dipergilirkan aneka musibah. Sebagaimana firman Allah
Azza wa Jalla ,
"Dan sungguh akan Kami berikan
cubaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, ke-
kurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar."
(QS Al Baqarah [2] : 155)
Kedua, yakinlah bahwa segalanya milik Allah. Sebagaimana
firman-Nya,
"Ketahuilah, sesungguhnya kepunyaan
Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang) dan (mengetahui pula) hari (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS An Nuur [24] :64)
Memang, jagad raya alam semesta berikut isinya ini benar-benar
mutlak milik Allah, Dia-lah yang Menciptakan, Mengatur, dan
Mengurusnya setiap saat. Sedangkan kita, jangankan membuat,
menggambarnya saja sudah tidak mampu. Bahkan, untuk tubuh
ini saja, jangankan bisa mengurusnya, tahu isinya pun tidak.
Sekali lagi, semuanya mutlak milik-Nya. Dan Allah berbuat
apa saja yang Dia kehendaki, tanpa dapat dicegah, atau di halangi
siapapun.
Dalam hal ini Allah berfirman,
”Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu,
maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia.
Dan jika Allah mengkhendaki kebaikan bagimu,
maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya.
Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan Dia-lah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS Yunus [10] : 107)
Begitupun kalau Allah telah mengkhendaki tubuh ini sakit,
ya wajar saja kerana memang milik-Nya. Mengapa kita harus
riasau memikirkan, kecewa, atau protes ? Ibarat seseorang menitipkan baju miliknya kepada kita, kalau suatu saat diambil kembali, mengapa kita harus keberatan ? Tidaklah layak kita berbuat seperti itu.
Seharusnya kita memilih untuk redha saja dalam menerima apa
yang telah terjadi. Segala kekecewaan, penyesalan, dan keluh
kesah, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Sekiranya
ada air tumpah dari gelas, apa perlunya kita menangis sedih,
menyesali, dan mengeluhkan air yang sudah menyerap ke dalam
tanah ? Sungguh semua itu merupakan perbuatan sia-sia yang
hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan fikiran. Lebih baik
kita kerahkan segenap tenaga, pikiran, dan waktu tersebut
untuk mencari air yang lain lagi.
Ketiga, yakinilah bahawa Allah itu Mahabijaksana dalam menentukan segala-galanya. Dia Mahatahu akan keadaan tubuh kita kerana memang Dia yang membuat dan yang mengurusnya. Mahasuci Allah dari segala perbuatan zaalim. Semua yang ditimpakan kepada makhluk-Nya sudah diukur dengan sempurna. Teramat mustahil akan overdose. Allah berfirman,
"Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan mendapat seksa dari kejahatan yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau penolongkami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
(QS Al Baqarah [2] :286)
Jadi, Allah memang tidak akan membebani seseorang, kecuali
sesuai dengan kemampuannya. Dia Mahatahu segala-galanya.
Maka, Dia pun tahu Mahatahu akan kemampuan maksima kita
menahan sakit. Dia Mahatahu biaya yang dikeluarkan dan Dia
pun Mahatahu akan keadaan ekonomi kita. Dia Mahatahu segala
kesan yang akan terjadi pada masa depan kita dengan adanya
penyakit ini. Pokoknya, Dia Mahatahu segala awal dan akhir
dari musibah yang memang sudah diukur-Nya dengan penuh kasih dan sayang.
Oleh itu, wahai hamba-hamba Allah, hentikanlah mem-
bebani pikiran dan berburuk sangka kepada-Nya. Lebih baik
kita kerahkan segala potensi yang ada untuk berusaha memahami
hikmah di balik semua kejadian ini.
Sahabat, bila kita telah memahami hikmahnya, maka ternyata
sakit itu adalah suatu takdir yang sangat menguntungkan karena
akan menggugurkan dosa-dosa kita. Bukankah kita selalu me-
rindukan ampunan-Nya ? Inilah salah satu bentuk pengabulan keinginan kita itu.
Rasulullah SAW bersabda,
"Ketika seseorang ditimpa penderitaan(sakit), maka Allah mengutus dua orang malaikat kepadanya. Dia berfirman, 'Dengarkanlah apa kata hamba-Ku ketika ditengok orang-orang.' Jika ia mengucapkan Alhamdulillah, maka Allah berfirman kepada dua malaikat tersebut, 'Sampaikanlah kepadanya, jika Aku mematikannya akibat penyakitnya, maka pasti masuk syurga, dan jika ia Aku sembuhkan, maka pasti daging dan darahnya diganti dengan yang lebih baik daripada asalnya, serta kujadikan penderitaan (penyakitnya) sebagai penebus dosa-dosanya.” (HR Al Faqih)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, "Rintihan orang yang sakit
ditulis sebagai tasbih, jeritannya sebagai tahlil, bernafasnya
sedekah, tidurnya adalah ibadah, dan berbolak-baliknya ketika
tidur seperti perang sabil. Dan ditulis pula baginya sebaik-baik
amal yang biasanya ia lakukan di waktu sihatnya."
Adapun hikmah lainnya adalah bahawa sakit dapat dijadikan sebagai ladang tafakkur. Betapa tidak ? Dengan sakit, kita dapat terhindar dari kemaksiatan, yang besar kemungkinan akan dilakukan jika kita dalam keadaan sihat. Kita menjadi insaf, betapa penting dan mahalnya harga kesihatan yang biasanya disia-siakan ketika Allah sedang menyihatkan kita.
Selain itu, sakit pun ternyata merupakan jalan rezeki bagi para
dokter dan petugas kesihatan, yang sekaligus menjadi ladang amal soleh sekiranya mereka ini ikhlas. Sedangkan bagi kita mencari obat penyembuh tersebut nescaya menjadi ladang pahala ikhtiar. Soal sembuh atau tidak, serahkanlah sepenuhnya pada qudrah dan iradah Allah. Insya’Allah pahala ikhtiar itu akan didapatkan sepanjang ikhtiar yang dilakukannya sesuai dengan kehendak dan ketentuan-Nya.
Semoga Allah yang benar-benar sedang Menyaksikan dan Menguasai setiap getaran hati pada diri hamba-hamba pilihan-Nya, senantiasa menjaga, melindungi, serta memelihara kita dari prasangka buruk terhadap ketentuan-Nya. Lebih dari itu, kita diberi-Nya kekuatan untuk mampu menikmati dengan penuh kegembiraan atassegala ketentuan yang Dia tetapkan pada kita. *****